Rabu, 12 Oktober 2016

Makalah hakikat kepribadian muslim PAI VD STAIN Bengkalis

MAKALAH

HAKIKAT KEPRIBADIAN MUSLIM


MAKALAH INI DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

DI SUSUN

OLEH KELOMPOK 06 :

MUHAMMAD FAIZAL
MUHAMMAD ROMSYAH
NUR HASANAH
VEBRI YANI UTAMI

DOSEN PENGAMPU :
WIRA SUGIARTO, M.Pd.i



JURUSAN TARBIYAH DAN KEGURUAN
PROGRAM STUDI  PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
( STAIN ) BENGKALIS
2016 M/ 1438 H


KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya kepada kita semua sehingga kami bisa menyelesaikan hasil makalah kami yang telah menjadi tanggung jawab kami di dalam Mata Kuliah ini.
Shalawat dan salam marilah kita hadiahkan buat junjungan alam yakni Nabi kita Muhammad SAW. Yang mana beliau telah berhasil membawa umatnya dari alam kegelapan menuju alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan sebagaimana yang kita rasakan pada saat sekarang ini.
Baiklah kami sebagai penulis makalah ini mohon maaf seandainya di dalam pembuatan makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Dan kami sebagai penulis mohon saran dan kritikannya kepada teman-teman atau Dosen Pengampu yang bersifat membangun, untuk perkembangan makalah kami di masa yang akan datang.

Bengkalis,   Oktober  2016

     Penulis


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Pengertian Kepribadian Muslim 3
B. Konsepsi Kepribadian Muslim 5
C. Usaha Pembentukan Kepribadian Muslim 6
BAB III PENUTUP 14
A. Kesimpulan 14
B. Saran 14
DAFTAR PUSTAKA



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Indonesia merupakan sebuah Negara yang ber-ideologikan pancasila di dalam melaksanakan tatanan kehidupan bernegara, dengan kondisi Indonesia hari ini yang memiliki berbagai macam keberagaman yang di sebabkan oleh luasnya wilayah, sehingga menurut penulis wajar-wajar saja ketika salah satu dari keberagaman tersebut tercantum dengan berbeda nya kepercayaan atau agama yang di anut oleh masing-masing umat di Indonesia ini. Dalam menjalankan kehidupan bernegara hendaklah masing-masing dari agama tersebut menunjukkan sebuah kepribadian yang baik, terutama umat Muslim sebagai  orang yang menganut agama Islam.
Kepribadian muslim diartikan sebagai identitas yang dimiliki oleh seseorang sebagai ciri khas dari keseluruhan tingkah laku sebagai muslim baik yang ditampilkan sebagai tingkah laku lahiriah maupun sikap batiniahnya. Kepribadian muslim merupakan tujuan akhir dari setiap usaha pendidikan islam. Kepribadian yang diharapkan islam adalah kepribadian yang sesuai dengan norma-norma islam. Kepribadian tidak terjadi dengan sekaligus, akan tetapi melalui proses kehidupan yang panjang. Maka dalam hal ini pendidikan mempunyai peran yang besar dalam pembentukan kepribadian muslim.
Menurut penulis apabila keperibadian dari masing-masing umat muslim sudah terbentuk dengan baik maka secara otamatis akan berdampak langsung dengan baiknya tatanan Negara Indonesia ini, apalagi islam boleh di katakan sebagai agama mayoritas di Indonesia ini.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut perlu kiranya merumuskan masalah sebagai pijakan untuk terfokusnya kajian makalah ini. Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut:
1. Apa pengertian kepribadian muslim?
2. Apa saja konsepsi kepribadian muslim?
3. Bagaimana usaha pembentukan kepribadian muslim?



BAB II
PEMBAHASAN


A. Pengertian Kepribadian Muslim
Berbicara tentang kepribadian biasanya menyangkut banyak aspek seperti, kepribadian, karakter, watak, ego, oknum, self, dan bahkan menyangkut identitas bangsa . 
Kepribadian adalah meliputi kualitas keseluruhan diri seseorang. Kualitas itu akan tampak dalam cara-caranya berbuat, cara-caranya berfikir, cara-caranya mengeluarkan pendapat, sikapnya, minatnya, filsafat hidupnya serta kepercayaannya.
Sedangkan kepribadian muslim adalah kepribadian yang seluruh aspek-aspeknya baik tingkah laku luarnya, kegiatan jiwanya maupun falsafah hidup dan kepercayaannya menunjukan pengabdian kepada tuhan dan penyerahan diri kepada-Nya.
Kepribadian muslim, menurut marimba adalah meliputi kualitas keseluruhan diri seseorang. Kualitas itu akan tampak dalam cara-caranya berbuat, cara-canya berfikir, mengeluarkan pendapat, sikapnya, minatnya, filsafat hidupnya serta kepercayaannya.
Menurut Anis ibrahim sebagaimana di kutip oleh Al- Rayhidin dalam bukunya falsafah  pendidikan islami, secara etimologi, kepribadian adalah shifatun tumayyizuu al-syakhsha min ghairih, yakni sifat atau karakter yang membedakan seseorang dengan lainnya.
Dari beberapa pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwasanya keperibadiaan muslim merupakan sifat secara keseluruhan yang di miliki oleh setiap individu muslim yang mencerminkan bagaimana ia berinteraksi dengan Allah dan menjalankan segala perintah Allah layaknya sebagai seorang muslim, sehingga akan tercermin pula bagaimana tingkah laku yang di tunjukkan oleh individu tersebut, yaitu sifat-sifat yang terpuji tentunya.
Istilah-istilah yang di kenal dalam kepribadian adalah: 
a. Individuality, yang menggambarkan kepribadian itu berdasarkan ciri-ciri khas seseorang,hingga dengan ciri khas itu ia dapat membedakan antara dirinya dengan orang lain.
b. Personality, yaitu penampilan keseluruhan sikap dan tingkah laku seseorang, baik lahiriah maupun batiniah.
c. Mentaliti, yaitu penampilan sikap dan tingkah laku khas seseorang (kaitannya dengan intelektual seseorang).
Dari ketiga istilah tersebut penulis meyakini bahwa istilah-istilah tersebut memang sudah memberikan gambaran kepada kita tentang bentuk dari kpribadian itu sendiri, terutama dalam keperibadian seseorang sebagai muslim. Hari ini banyak kita lihat orang-orang mengaku diri mereka sebagai seorang muslim, namun dalam kehidupan sehari-harinya tidak ada langsung yang mencerminkan bahwa dia adalah seorang muslim yang sejati, masih banyak penulis melihat kejadian-kejadian hari ini yang memperlihatkan bahwasanya masih banyak orang-orang muslim namun tidak memiliki keperibadian muslim yang seutuhnya, kita lihat sama-sama beberapa kasus yang terjadi bagaimana seorang ayah sanggup memperkosa dan membunuh anaknya, anak sanggup sanggup memperkosa dan membunuh ibu kandungnya sendiri, pelecehan seksual oleh guru terhadap muridnya, korupsi yang sangat kerap terjadi dari kalangan atas hingga kalangan bawah. Itulah beberapa contoh yang penulis coba tunjukkan kepada kita semua bahwasanya betapa bobroknya prilaku umat muslim yang mengakunya muslim namun tidak bisa berprikebadian sebagai seorang muslim yang kaffah/menyeluruh.
Selanjutnya dapat di simpulkan bahwa dalam pribadi seseorang terkumpul beberapa aspek yang terintegrasikan berupa :
1. Keyakinan hidup yang di miliki seseorang berupa filsafat, keyakinan, cita-cita, sikap dan cara hidupnya.
2. Keyakinan mengenai diri berupa perawakan jasmani, sifat psikis, intelegensi, emosi, kemauan, pandangan terhadap orang lain, kemampuan bergaul.
3. Keyakinan mengenai kemampuan diri yaitu status diri dalam keluarga dan masyarakat, status keturunan berdasarkan status dan historis.
Dari kesimpulan di atas sudah terlihat bagaimana tingkah laku yang akan di tunjukkan oleh seorang muslim, penulis yakin apabila seseorang memiliki keperibadian yang baik sebagai seorang muslim maka ia akan menunjukkan keyakinan-keyakinan pada dirinya sebagaimana yang sudah penulis paparkan dari tiga keyakinan di atas tersebut.

B. Konsepsi Kepribadian Muslim
Konsep islam tentang bagaimana wujud pribadi muslim, aspek-aspek yang harus dikembangkan adalah identik dengan aspek-aspek pribadi manusia seutuhnya. Ada tiga aspek pokok yang memberi corak khusus bagi seorang muslim menurut ajaran islam:
1. Adanya wahyu Allah yang memberi ketetapan kewajiban-kewajiban pokok yang harus dilaksanakan oleh seorang muslim yang mencakup seluruh lapangan hidupnya, baik yang menyangkut tugas-tugasnya terhadap tuhan, maupun terhadap masyarakat.
2. Praktek ibadah yang harus dilaksanakan dengan aturan-aturan yang pasti dan teliti. Hal ini akan mendorong tiap orang muslim untuk memperkuat rasa kelompok dengan sesamanya secara terorganisir.
3. Konsepsi Al-Quran tentang alam yang menggambarkan penciptaan manusia secara harmonis dan seimbang di bawah perlindungan Allah SWT. Ajaran ini juga akan mengukuhkan konstruksi kelompok. Dengan demikian, kepribadian manusia yang utuh dapat terwujud, sebagaimana yang dikehendaki dalam ajaran islam.

Pada garis besarnya aspek-aspek kepribadian itu dapat digolongkan dalam tiga hal:
• Aspek-aspek kejasmanian meliputi tingkah laku luar yang mudah nampak dan ketahuan dari luar, misalnya cara berbuat, berbicara dan sebagainya.
• Aspek-Aspek kejiwaan meliputi aspek-aspek yang tidak segera dapat dilihat dan ketahuan dari luar, misalnya: cara-caranya berfikir, sikap dan minat.
• Aspek-aspek kerohanian yang luhur, meliputi aspek kejiwaan yang lebih abstrak yaitu filasafat hidup dan kepercayaan. Ini meliputi sistem nilai yang telah meresap dalam kepribadian, yang telah menjadi bagian dan mendarah daging dalam kepribadin atau  dan memberi corak seluruh individu tersebut.

C. Usaha Pembentuan Kepribadian Muslim
Sebagaimana yang telah penulis terangkan di awal tadi bahwa ciri khas kepribadian muslim adalah terwujudnya prilaku mulia sesuai dengan tuntunan Allah SWT, yang dalam istilah lain di sebut akhlak yang mulia atau sikap yang terpuji. Ciri khas ini sekaligus menjadi sasaran pembentukan kepribadian.
Sabda Rasulullah SAW : 
“sesungguhnya aku di utus adalah untuk membentuk akhlak mulia”.
Dalam kaitan dengan hal itu dalam salah satu hadist beliau bernah bersabda :
“ orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya”.
Tampak jelas bagaimana eratnya hubungan antara ke imanan seseorag dengan ketinggian akhlaknya. Dalam memberikan analisanya tentang akhlak yang berhubungan dengan pembentukan kepribadian muslim  Dr. Mohd Abdullah Darraz mengemukakan bahwa ”pendidikan akhlak berfungsi sebagai pemberi nilai-nilai islam”. Dengan adanya nilai-nilai islam itu dalam diri seseorang akan terbentuk pulalah kepribadiannya sebagai kepribadian muslim. Muhammad Darraz menilai materi akhlak merupakan bagian dari nilai-nilai yang harus dipelajari dan dilaksanakan, hingga terbentuk kecendrungan sikap yang menjadi ciri kepribadian Muslim.  Pendapat Al-darraz tersebut memang benar adanya menurut penulis, kita pun bisa melihat bagaimana sebenarnya pendidikan akhlak sangat berpengaruh terhadap perilaku seseorang. Hari ini banyak hal yang sebenarnya sudah hilang dalam kehidupan kita, penulis sangat menyedihkan dengan prilaku-prilaku generasi hari ini yang sangat kontras menunjukkan bagaimana buruknya akhlak mereka, sudah dapat kita bayangkan bagaimana masa depan Negara kita jika hari ini saja anak-anak kecil sudah tidak lagi mau tunduk berjalan di depan guru, dan sudah berani berkata kasar kepada orang tua. Itu merupakan sekelumit contoh nyata yang terjadi. Jika sudah begitu tentu akan timbul pertanyaan dalam diri kita bagaimana nantinya Agama dan Negara kita?
Usaha yang dimaksud menurut Al-Darraz di atas dapat dilakukan melalui cara memberi materi pendidikan akhlak berupa :
- Pensucian jiwa
- Kejujuran dan benar
- Menguasai hawa nafsu
- Sifat lemah lembut dan rendah hati
- Berhati-hati dalam mengambil keputusan
- Menjauhi buruk sangka
- Mantap dan sabar
- Menjadi teladan yang baik
- Beramal saleh dan berlomba-lomba berbuat baik
- Menjaga diri (iffah)
- Ikhlas
- Hidup sederhana
- Pintar mendengar dan kemudian mengikutinya (yang baik).
Karena manusia memiliki dwi  dimensi yakni materi dan non materi, maka untuk mencetak generasi muslim yang baik maka kedua dimensi itu harus dibentuk dengan pendidikan yang Islami. Menurut al-Rasyidin dalam bukunya” Falsafah Pendidikan Islami”, bahwa proses yang pertama dilakukan untuk membentuk kepribadian muslim adalah dengan mentazkiyah  (menyucikan) ruh dan jasad, baru kemudian mengisi nafs, qalb, aql dan jasad dengan keimanan dan ilmu.
Pembentukan kepribadian seseorang sangat dipengaruh oleh dimensi ruh, yang merupakan anugerah dari Tuhan, bukan oleh dimensi jasadnya ( materi ) . Dalam perspektif ini jasad pada hakikatnya adalah wahana dimana berlakunya keinginan manusia.
Aplikasi proses pembentukan kepribadian muslim ini bisa kita lihat dari proses yang dilakukan oleh Rasulullah,  bahwa Rasulullah sebelum melakukan proses pembentukan itu ( berdakwah ) terlebih dahulu Rasulullah sebagai orang yang akan mengajak telah disucikan terlebih dahulu hatinya oleh malaikat Jibril.  Selanjutnya Rasulullah mengajak orang terdekat Beliau masuk Islam dan mendidik mereka. Adapun materi pendidikan yang disampaikan oleh Rasulullah adalah:
1. Tauhid
2. Iman kepada hari Kiamat
3. Pembersihan jiwa dengan menjauhi segala kemungkaran dan kekejian   yang menimbulkan akibat buruk dan melakukan hal-hal baik dan utama.
4. Penyerahan segala urusan kepada Allah Swt.
Sebaliknya dari aspek roh, ciri-ciri itu menyatu dalam kesatuan fitrah untuk mengabdi kepada penciptanya. Latar belakang penciptaan manusia menunjukkan bahwa secara fitrah manusia memiliki roh sebagai bahan baku yang sama. Menurut Hasan Langgulung, pernyataan tersebut mengandung makna antara lain, bahwa Tuhan memberikan manusia beberapa potensi yang sejalan dengan sifat-sifatnya. Kepibadian secara utuh hanya mungkin dibentuk melalui pengaruh lingkungan, khususnya pendidikan. Adapun sasaran yang dituju dalam pembentukan kepribadian ini adalah kepribadian yang dimiliki akhlak yang mulia. Tingkat kemuliaan akhlak erat kaitannya dengan tingkat keimanan. Sebab sesuai dengan dikatakan diatas bahwa Nabi mengemukakan “ Orang mukmin yang paling sempurna imannya, adalah orang mukmin yang paling baik akhlaknya”.
Disini terlihat ada dua sisi penting dalam pembentukan kepribadian muslim, yaitu iman dan akhlak. Bila iman dianggap sebagai konsep batin, maka batin adalah implikasi dari konsep itu yang tampilannya tercermin dalam sikap perilaku sehari-hari. Keimanan merupakan sisi abstrak dari kepatuhan kepada hukum-hukum Tuhan yang ditampilkan dalam lakon akhlak mulia.
Pembentukan kepribadian muslim pada dasarnya merupakan upaya untuk mengubah sikap kearah kecendrungan pada nilai-nilai keislaman. Perubahan sikap, tentunya tidak terjadi secara spontan. Semua berlajan dalam satu proses yang panjang dan berkesinambungan. Diantara proses tersebut digambarkan oleh adanya hubungan dengan obyek, wawasan, peristiwa atau ide (attitude have referent), dan perubahan sikap harus dipelajari (attitude are learned). menurut Al-Ashqar ada hubungan timbal balik antara individu dengan lingkungannya.
Dalam hal ini Islam juga mengajarkan bahwa faktor genetika (keturunan) ikut berfungsi dalam pembentukan kepribadian Muslim. Oleh karena itu, filsafat pendidikan Islam memberikan pedoman dalam pendidikan Prenatal (sebelum lahir), Pembuahan suami atau istri sebaiknya memperhatikan latar belakang keturunan masing-masing pilihan (tempat yang sesuai) karena keturunan akan membekas (akhlak bapak akan menurun pada anak). Jadi menurut penulis kita hendaknya jangan sebarang pilih saja, tentulah kita harus benar-benar selektif terhadap memilih pasangan untuk mendapatkan keturunan yang baik pula, sehingga penulis bisa mengungkapkan bahwa “ laki-laki jahat pun tetap ingin mencari wanita yang baik dan pintar, karna mereka pun ingin keturunannya jadi orang baik dan pintar pula”
Kemudian dalam proses berikutnya, secara bertahap sejalan dengan tahap perkembangan usianya, pedoman mengenai pendidikan anak juga telah digariskan oleh filsafat pendidikan Islam. Kalimat tauhid mulai diperdengarkan azan ketelingan anak yang baru lahir. Kenyataan menunjukkan dari hasil penelitian ilmu jiwa bahwa bayi sudah dapat menerima rangsangan bunyi semasa masih dalam kandungan. Atas dasar kepentingan itu, maka menggemakan azan ketelinga bayi, pada hakikatnya bertujuan memperdengarkan kalimat tauhid diawal kehidupannya didalam dunia.
Pada usia selanjutnya, yaitu usia tujuh tahun anak-anak dibiasakan mengerjakan shalat, dan perintah itu mulai diintensifkan menjelang usia sepuluh tahun. Pendidikan akhlak dalam pembentukan pembiasaan kepada hal-hal yang baik dan terpuji dimulai sejak dini. Pendidikan usia dini akan cepat tertanam pada diri anak. Tuntunan yang telah diberikan berdasarkan nilai-nilai keislaman ditujukkan untuk membina kepribadian akan menjadi muslim. Dengan adanya latihan dan pembiasaan sejak masa bayi, diharapkan agar anak dapat menyesuaikan sikap hidup dengan kondisi yang bakal mereka hadapi kelak. Kemampuan untuk menyesuikan diri dengan lingkungan tanpa harus mengorbankan diri yang memiliki ciri khas sebagai Muslim, setidaknya merupakan hal yang berat.
Dengan demikian pembentukan kepribadian muslim pada dasarnya merupakan suatu pembentukan kebiasaan yang baik dan serasi dengan nilai-nilai akhlak al-karimah. Untuk itu setiap Muslim diajurkan untuk belajar seumur hidup, sejak lahir (dibesarkan dengan yang baik) hingga diakhir hayat. Pembentukan kepribadian Muslim secara menyeluruh adalah pembentukan yang meliputi berbagai aspek, yaitu:
- Aspek idiil (dasar), dari landasan pemikiran yang bersumber dari ajaran wahyu.
- Aspek materil (bahan), berupa pedoman dan materi ajaran yang terangkum dalam materi bagi pembentukan akhlak al-karimah.
- Aspek sosial, menitik beratkan pada hubungan yang baik antara sesama makhluk, khususnya sesama manusia.
- Aspek teologi, pembentukan kepribadian muslim ditujukan pada pembentukan nilai-nilai tauhid sebagai upaya untuk menjadikan kemampuan diri sebagai pengabdi Allah yang setia.
- Aspek teologis (tujuan), pembentukan kepribadian Muslim mempunyai tujuan yang jelas.
- Aspek duratife (waktu), pembentukan kepribadian Muslim dilakukan sejak lahir hingga meninggal dunia.
- Aspek dimensional, pembentukan kepribadian Muslim yang didasarkan atas penghargaan terhadap faktor-faktor bawaan yang berbeda (perbedaan individu).
- Aspek fitrah manusia, yaitu pembentukan kepribadian Muslim meliputi bimbingan terhadap peningkatan dan pengembangan kemampuan jasmani, rohani dan ruh.
Pembentukan kepribadian muslim merupakan pembentukan kepribadian yang utuh, menyeluruh, terarah dan berimbang. Konsep ini cenderung dijadikan alasan untuk memberi peluang bagi tuduhan bahwa filsafat pendidikan Islam bersifat apologis (memihak dan membenarkan diri). Penyebabnya antara lain adalah ruang lingkupnya terlalu luas, tujuan yang akan dicapai terlampau jauh, hingga dinilai sulit untuk diterapakn dalam suatu sistem pendidikan.
Proses pembentukan kepribadian muslim secara perorangan dapat di lakukan melalui tiga macam pendidikan.
a. Pranatal education (tariyah qabl al-wiladah)
Proses pendidikan jenis ini di lakukan secara tidak langsung( in direct). Proses ini di mulai di saat pemilihan calon suami atau istri dari kalangan yang baik dan berakhlak, dan sudah di sinyalir oleh beberapa hadist, pilihlah tempat yang sesuai untuk benih(mani)mu karena keturunan dapat mengelirukan. Dan hati-hati lah dengan khudlara al-dimanp(yang di maksud ialah wanita yang cantik, tetapi menerima pendidikan yang buruk).
b. Education by another (tarbiyah ma’a ghairih)
Proses pendidikan jenis ini di lakukan secara langsung oleh orang lain(orang tua di rumah,guru di sekolah, dan pemimpin di masyarakat). Manusia sewaktu dilahirkan tidak mengetahui sesuatu tentang apa yang ada dalam dirinya dan diluar dirinya.
Firman Allah SWT :
Artinya : Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu tidaklah kamu mengetahui apapun dan menjadikan bagimu pendengaran, pengihatan dan hati. ( QS. 16.78 ).
Oleh karena itu diperlukan orang lain untuk mendidik manusia supaya dia mengetahui tentang dirinya dan lingkungannya. Dan sekaligus bantuan orang lain jyga diperlukan agaria dapat melakukan kegiatan belajar sendiri. Proses ini di mulai anak di lahirkan sampai anak mencapai kedewasaan baik jasmani dan rohani.
c. Self education (tarbiyah al-nafs)
Proses ini di laksanaan melalui kegiatan pribadi tanpa bantuan orang lain seperti membaca buku, majalah, koran dll.
Menurut muzayyin, self education timbul karena dorongan dan naluri kemanusiaan yang ingin mengetahui. Ia merupakan kecendrungan anugrah tuhan. Dalam ajaran islam yang menyebabkan adanya dorongan tersebut adalah hidayah allah.
Firman allah swt :
Artinya : “tuhan kamu ialah (tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap makhluk bentuk kejadianya kemudian memberinya petunjuk.(Q.S.20:50).
Proses pembentukan kepribadian muslim secara ummah dapat di lakukan dengan memantapkan kepribadian individu muslim ( karena individu bagian dari ummah ), juga dapat dilakukan dengan menyiapkan kondisi dan tradisi sehingga memungkinkan terbentuknya kepribadian (akhlak) ummah.
Menurut Jalaludin pembentukan kepribadian muslim sebagai individu, ummah pada hakikatnya berjalan seiring dan menuju ketujuan  yang sama. Tujuan utamanya adalah untuk merealisasikan diri ( individu ) dan ummah sebagai pengabdi Allah yang setia. Pada tingkat ini, agaknya falsafah pendidikan islam tampak bersifat mendasar, universal, dan terarah. Tujuan dan kebenaran yang akan dicapai adalah kebenaran yang telah ditetapan oleh Allah Swt. Sebagai pencipta manusia itu sendiri, dan bukan kebenaran yang muncul dari kemampuan nalar manusia sebagai makhluk.


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kepribadian muslim yaitu kepribadian yang seluruh aspek-aspeknya baik tingkah laku luarnya, kegiatan jiwanya maupun falsafah hidupnya dan menunjukkan pengabdian kepada tuhan dan penyerahan diri kepadanNya dengan disertai beberapa sifat yang mencerminkan ciri khas sebagai seorang muslim.
Kepribadian muslim merupakan suatu hasil dari proses sepanjang hidup. Kepribadian muslim tidak terjadi sekaligus, akan tetapi terbentuk melalui proses kehidupan yang panjang. Oleh sebab itu banyak factor yang membentuk kepribadian muslim tersebut.
B. Saran-saran
Dengan memahami konsep kepribadian muslim dalam perspektif filsafat pendidikan islam dapat diharapkan nantinya seorang pendidik dapat berfikir, berkata dan bertindak dengan bernafaskan islami. Karena dalam tujuan pendidikan islam itu sendiri menurut penulis diharapkan pendidik bisa menjadi figure atau contoh bagi masyarakat dan juga peserta didik, oleh karena itu segala tingkah laku pendidik harus sesuai dan sejalan dengan norma dan nilai ajaran agama yang berasal dari wahyu sehingga peserta didik akan mencontohnya.
Sedangkan bagi seorang peserta didik denan memahami konsep kepribadian muslim dalam perspektif filsafat pendidikan islam diharapkan peserta didik nantinya dapat berbudi pekerti (berkepribadian) yang baik sehingga dapat mudah menyerap ilmu yang diajarkan oleh pendidiknya serta nantinya diharapkan seorang peserta didik mendapatkan kebahagiaan didunia dan diakherat.



DAFTAR PUSTAKA

Khobir, Abdul. 2009. Filsafat Pendidikan Ialam. Pekalongan : Gama Media Offset.
Ramayulis. 2002. Ilmu Pendidikan Islam. Jakata : Kalam Mulia.
Muchlas, Imam. 2006. Al-Qur’an Berbicara Tentang Hukum Perkawinan. Malang : Universitas Muhammadiyah Malang.
Marimba, D Ahmad. 1962. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung : PT Alma’arif.
Al-Banjani, Ramadhana Rachmat. 2008. Membaca Kepribadian Muslim Seperti Membaca Al-Qur’an. Jogjakarta : Diva Press.
Zuhairini, dkk. 1995. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi Aksara.
Hamka. 1987. Tasawuf Modern. Jakarta : Panji Mas.













Tidak ada komentar:

Posting Komentar