Selasa, 15 November 2016

Metode pendidikan islam dalam al-qur'an dan hadist

STRATEGI PEMBELAJARAN AL-QUR’AN HADIST
“ METODE PENDIDIKAN ISLAM DALAM AL-QUR’AN DAN HADIST”







DISUSUN OLEH :
-MUHAMMAD FAIZAL

DOSEN PENGAMPU :
MUHAJIR, M.Pd.I

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
KABUPATEN BENGKALIS
TAHUN 2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan hidayahnya kepada kita semua khususnya kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan penulisan Makalah ini dengan judul “ Metode Pendidikan Islam dalam Al-qur’an dan Hadist” dengan baik dan tepat pada waktunya. Makalah ini kami susun untuk memenuhi Ujian MID Semester mata Kuliah Strategi Pembelajaran Al-Qur’an dan Hadist di STAIN Kabupaten Bengkalis.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu penyelesaia penulisan makalah ini, disamping itu kami juga menyadari bahwa masih banyak kesalahan dalam penulisan makalah ini, untuk itu kami mohon kritik dan saran yang membangun. Sehingga bisa melengkapi dan menjadikan makalah ini bisa lebih baik lagi nantinya.
Akhir dari kami tentunya kami mohon maaf sebesar-besarnya jika terjadi kesalahan dalam penulisan ini, mudah-mudahan makalah ini bisa bermanfaat dan menjadi referensi bagi pembaca.

Bengkalis, 11 November 2016

Penulis






BAB I
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
Ketika kita mendengar nama salah satu pelajaran yang ada di madrasah ataupun di pesantren, yakni pelajaran Al-Qur’n Hadis, mungkin akan terbayang di benak kita sebuah pelajaran yang membosankan dan menjemukan. Betapa tidak, pantas saja kesan tersebut segera menyeruak dalam benak kita. Sebab, selama ini pelajaran tersebut memang disampaikan dengan cara dan metode yang membosankan. Dari dulu sampai sekarang, cara yang ditempuh oleh ustaz yang mengampu mata pelajaran tersebut hanya itu-itu saja, nyaris tidak ada perubahan sama sekali. Membaca ayat atau hadis, mendengarkan ceramah ustaz yang menjemukan dan membuat ngantuk, atau menghafal rangkaian ayat Al-Qur’an dan hadis Nabi yang mungkin hanya akan hafal pada saat itu saja. Itulah rangkaian rutinitas pembelajaran Al-Qur’an Hadis yang selama ini terjadi. Melihat tradisi pembelajaran Al-Qur’an Hadis yang barusan disebut, pantas dan sangat wajar jika murid-murid merasa jenuh dan bosan. Pertanyaannya kemudian adalah bagaimana menyajikan pelajaran Al-Qur’an Hadis supaya lebih menyenangkan dan mencerahkan?Jika mencermati dunia pendidikan Barat, kita akan dibuat terpana dan berdecak kagum. Bagaimana tidak, di sana setiap waktu muncul silih berganti aneka inovasi pembelajaran. Usaha yang ditempuh oleh para praktisi dunia pendidikan Barat ini bertujuan menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, memberdayakan siswa, sekaligus mencerahkan. Sebut saja contextual teaching and learning (CTL) temuan Elaine B. Johnson, terus ada Example Non Example, Numbered Head Together, dan sebagainya. Ini hanyalah beberapa contoh. Di luar itu masih banyak teori-teori pembelajaran yang mencerahkan dan memberdayakan. Kalau dilihat dari contoh teori dan strategi-strategi yang diatas, akan tersirat bahwa inti pembelajaran yang digagas oleh para praktisi pendidikan Barat adalah menciptakan suasana pembelajaran yang memandang siswa sebagai manusia secara utuh, sebagai subjek bukan sebagai objek. Dengan demikian, kendali pembelajaran bukan berada di tangan guru atau pendidik seutuhnya. Aktor pembelajaran adalah siswa. Guru hanyalah sebagai fasilitator. Dengan suasana pembelajaran seperti ini, praktis yang banyak terlibat adalah siswa. Dengan banyak terlibat secara aktif, otomatis siswa tidak akan merasa bosan. Justru para siswa akan merasa senang dan bergairah.
Berdasarkan permasalahan diatas, maka penulis akan membahas tentang “Metode Pendidikan Islam dalam Al-Qur’an Hadist”. Untuk mencapai pembelajaran Al-Qur’an Hadis yang menyenangkan.

1.2Rumusan Masalah
a.Apa pengertian Metode Pendidikan Islam?
b.Apa saja yang termasuk dalam metode pendidikan Islam dalam Al-qur’an dan Hadist?

1.3Tujuan Penulisan
a.Mengetahui Pengertian Metode Pendidikan Islam
b.Mengetahui apa saja yang termasuk dalam metode pendidikan Islam dalam Al-Qur’an dan Hadist










BAB II
PEMBAHASAN

2.1Pengertia Metode Pendidikan Islam
Sebelum lebih jauh kita membahas mengenai pengertian metode pendidikan Islam, maka kita harus mengetahui pengertian dari setiap kata tersebut. Maka dengan ini penulis menguraikan menjadi dua kata, yaitu kata metode dan kata pendidikan Islam. Metode berasal dari dua perkataan yaitu meta yang artinya adalah melalui dan hodos yang berarti jalan atau cara. Dapat disimpulkan bahwa metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.  Adapun istilah metodologi berasal dari kata metoda dan logi. Logi berasal dari bahasa Yunani yang memiliki arti akal atau ilmu. Jadi metodologi artinya ilmu tentang jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Dalam bahasa Arab kata metode diungkapkan dalam berbagai kata. Terkadang digunakan kata atthariqah, manhaj, dan alwashilah. Thariqah berarti jalan, manhaj berarti sistem, dan washilah berarti perantara atau mediator. Dengan demikian kata yang paling dekat dengan metode adalah kata thariqah. Karena sebagaimana dijelaskan pada awal paragraf secara bahasa metode adalah suatu jalan untuk mencapai suatu tujuan. Dengan pendekatan kebahasaan tersebut nampak bahwa metode lebih menunjukkan kepada jalan, dalam arti jalan yang bersifat non fisik. Yaitu jalan dalam bentuk ide-ide yang mengacu pada cara menghantarkan seseorang untuk mencapai pada tujuan yang ditentukan. Secara terminologi atau istilah metode bisa membawa pada pengertian yang bermacam-macam, yaitu ada kognitifnya seperti tentang fakta-fakta sejarah, syarat-syarat sah shalat, ada juga aspek afektifnya seperti penghayatan pada nilai-nilai dan akhlak, dan ada juga aspek psikomotorik seperti praktek shalat, haji dan sebagainya. Sedangkan pendidikan Islam dalam arti sempit, adalah bimbingan yang dilakukan seseorang yang kemudian disebut pendidik terhadap orang lain yang kemudian disebut peserta didik. Terlepas dari apa dan siapa yang membimbing, yang pasti pendidikan diarahkan untuk mengembangkan manusia dari berbagai aspek dan dimensinya, agar ia berkembang secara maksimal. Pendidikan adalah  suatu aktivitas untuk mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia yang berjalan seumur hidup. Pendidikan bukan hanya bersifat formal saja, tetapi mencakup juga yang non formal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, pendidikan adalah suatu aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadi rohani (pikir, rasa, karsa, dan budi nurani). Dengan demikian metode tersebut memiliki posisi penting dalam mencapai tujuan. Metode adalah cara yang paling cepat dan tepat dalam memperoleh tujuan yang diinginkan. Jika metode dapat dikuasi maka akan memudahkan jalan dalam mencapai tujuan dalam pendidikan Islam.

2.2Metode-metode Pendidikan Islam dalam Al-Qur’an
2.2.1Metode Teladan
Dalam al-Qur’an kata teladan disamakan pada kata Uswah yang kemudian diberikan sifat dibelakangnya seperti sifat hasanah yang berarti baik. Sehingga dapat terungkapkan menjadi Uswatun Hasanah yang berarti teladan yang baik. Kata uswah dalam al-Qur’an diulang sebanyak enam kali dengan mengambil contoh Rasullullah SAW, Nabi Ibrahim dan kaum yang beriman teguh kepada Allah. Firman Allah SWT dalam surat al-Ahzab :لقدكانلكمفيرسولاللهاسوةحسنة“ Sesungguhnya dalam diri Rasullullah itu kamu dapat menemukan teladan yang baik” (Q.S.al-Ahzab:21). Muhammad Quthb, misalnya mengisyaratkan bahwa di dalam diri Nabi Muhammad, Allah menyusun suatu bentuk sempurna metodologi Islam, suatu bentuk yang hidup dan abadi sepanjang sejarah masih berlangsung. Metode ini dianggap sangat penting karena aspek agama yang terpenting adalah akhlak yang termasuk dalam kawasan afektif yang terwujud dalam tingkah laku(behavioral).

2.2.2Metode Kisah-Kisah
Di dalam al-Qur’an selain terdapat nama suatu surat, yaitu surat al-Qasash yang berarti cerita-cerita atau kisah-kisah, juga kata kisah tersebut diulang sebanyak 44 kali. Menurut Quraish Shihab bahwa dalam mengemukakan kisah di al-Qur’an tidak segan-segan untuk menceritakan “kelemahan manusiawi”. Namun, hal tersebut digambarkanya sebagaimana adanya, tanpa menonjolkan segi-segi yang dapat mengundang rangsangan. Kisah tersebut biasanya diakhiri dengan menggaris bawahi akibat kelemahan itu, atau dengan melukiskan saat kesadaran dan kemenangannya mengalahkan kelemahan tadi. Kemudian Quraish Shihab memberikan contoh pada surat al-Qashash ayat 76-81. Disini, setelah dengan bangganya Karun mengakui bahwa kekayaan yang diperolehnya adalah berkat kerja keras dan usahanya sendiri. Sehingga muncul kekaguman orang-orang sekitarnya terhadap kekayaan yang dimilikinya, tiba-tiba gempa menelan Karun dan kekayaanya. Orang-orang yang tadinya kagum menyadari bahwa orang yang durhaka tidak akan pernah memperoleh keberuntungan yang langgeng. Pelajaran yang terkandung dalam kisah tersebut adalah mengingatkan menusia agar jangan lupa bersyukur kepada Allah, jangan lupa diri, takabbur, sombang dan seterusnya, karena itu semua hal yang tidak disukai oleh Allah. Kisah atau cerita sebagai metode pendidikan ternyata mempunyai daya tarik yang menyentuh perasaan. Islam menyadari akan adanya sifat alamiah manusia yang menyukai cerita dan menyadari pengaruh besar terhadap perasaan. Oleh karena itu Islam mengeksploitasi cerita itu untuk dijadikan salah satu teknik pendidikan. Islam mengunakan berbagai jenis cerita sejarah faktual yang menampilkan suatu contoh kehidupan manusia yang dimaksudkan agar kehidupan manusia bisa seperti pelaku yang ditampilkan contoh tersebut(jika kisah itu baik). Cerita drama yang melukiskan fakta yang sebenarnya tetapi bisa diterapkan kapan dan disaat apapun.

2.2.3Metode Nasihat
Al-Qur’an juga menggunakan kalimat-kalimat yang menyentuh hati untuk mengarahkan manusia kepada ide yang dikehendakinya. Inilah yang kemudian dikenal nasihat. Tetapi pada setiap nasihat yang disampaikannya ini selalu dengan teladan dari I pemberi atau penyampai nasihat itu. Ini menunjukkan bahwa antara satu metode yakni nasihat dengan metode lain yang dalam hal ini keteladanan bersifat melengkapi. Didalam al-Qur’an, kata-kata yang menerangkan tentang nasihat diulang sebnyak 13 kali yang tersebut dalam 13 ayat didalam tujuh surat. Diantara ayat-ayat tersebut berkaitan dengan para Nabi terhadap umatnya. Salah satunya contoh nasihat Nabi Saleh kepada kaumnya, dalam firman Allah :وتوليعنهموقالياقوميلقدابلغتكمرسالةربيونصحتلكمولكنلاتحبونالناصحين “Maka berpaling dari mereka dan (Nabi Saleh) berkata: ”hai kaumku aku telah menyampaikan kepadamu amanat dari Tuhanku, dan aku telah memberimu nasihat kepadamu, tetapi kamu tidak menyukai orang-orang yang memberi nasihat.”(Q.S. al-‘Araf:79)
2.2.4Metode Ceramah
Metode ini merupakan metode yang sering digunakan dalam menyampaikan atau mengajak orang mengikuti ajaran yang telah ditentukan. Metode ceramah sering disandingkan dengan kata khutbah. Dalam al-Qur’an sendiri kata tersebut diulang sembilan kali. Bahkan ada yang berpendapat metode ceramah ini dekat dengan kata tablih, yaitu menyampaikan sesuatu ajaran. Pada hakikatnya kedua arti tersebut memiliki makna yang sama yakni menyampaikan suatu ajaran. Pada masa lalu hingga sekarang metode ini masih sering digunakan, bahkan akan selalu kita jumpai dalam setiap pembelajaran. Akan tetapi bedanya terkadang metode ini di campur dengan metode lain. Karena kekurangan metode ini adalah jika sang penceramah tidak mampu mewakili atau menyampaikan ajaran yang semestinya harus disampaikan maka metode ini berarti kurang efektif. Apalagi tidak semua guru atau pendidik memiliki suara yang keras dan konsisten, sehingga jika menggunakan metode ceramah saja maka metode ini seperti hambar. Didalam al-Qur’an kata tabligh lebih banyak digunakan daripada kata khutbah, al-Qur’an mengulang kata tabligh sebanyak 78 kali. Salah satunya adalah dalam surat Yaasin ayat 17, yang artinya berbunyi; وماعليناالاالبلاغالمبين“Dan kewajiban kami adalah menyampaikan (perintah Allah) dengan jelas”.(Q.S. Yaasin:17). Dalam ayat ini jelas bahwa metode ini telah digunakan sejak zaman dahulu, untuk menjelaskan tentang suatu ajaran atau perintah.
2.2.5Metode Tanya Jawab
Tanya jawab merupakan salah satu metode yang menggunakan basis anak didik menjadi pusat pembelajaran. Metode ini bisa dimodif sesuai dengan pelajaran yang akan disampaikan. Bisa anak didik yang bertanya dan guru yang menjawab atau bisa anak didik yang menjawab pertanyaan dari gurunya. Didalam al-Qur’an hal ini juga digunakan oleh Allah agar manusia berfikir. Pertanyaan-pertanyaan itu mampu memancing stimulus yang ada. Adapun contoh yang paling jelas dari metode pendidikan Qur’an terdapat didalam surat Ar-Rahman. Disini Allah SWT mengingatkan kepada kita akan nikmat dan bukti kekuasaan-Nya, dimulai dari manusia dan kemampuannya dalam mendidik, hingga sampai kepada matahari, bulan, bintang, pepohonan, buah-buahan, langit dan bumi. Pada setiap ayat atau beberapa ayat dengan kalimat bertanya itu, manusia berhadapan dengan indera, naluri, suara hati dan perasaan. Dia tidak akan dapat mengingkari apa yang di inderanya dan diterima oleh akal serta hatinya. Ayat itu adalah Ar-Rahman ayat 13 :فبايألاءربكماتكذبان“Maka nikmat rabb kalian yang manakah yang kalian dustakan?”( Qs. Ar Rahman : 13 ). Pertanyaan itu diulang sebanyak 31 kali didalam surat ini. Setiap diulang, pertanyaan itu merangsang kesan yang berlainan sesuai dengan konteksnya dengan ayat sebelumnya.
2.2.6Metode Diskusi
Metode diskusi diperhatikan dalam al-Qur’an dalam mendidik dan mengajar manusia dengan tujuan lebih memantapkan pengertian dan sikap pengetahuan mereka terhadap sesuatu masalah. Sama dengan metode diatas metode diskusi merupakan salah satu metode yang secara tersirat ada dalam al-Qur’an. Didalam al-Qur’an kata diskusi sama dengan al-mujadallah itu diulang sebanyak 29 kali. Diantaranya adalah pada surat al-Nahl ayat 125 yang berbunyi:وجادلهمبالتيهياحسن“Dan bantahlah dengan cara yang baik..”(Q.S.al-Nahl:125). Dari ayat tersebut Allah telah memberikan pengajaran bagi umat Islam agar membantah atau berargument dengan cara yang baik. Dan tidak lain itu bisa kita temui dalam rangkaian acara yang biasa disebut diskusi. Diskusi juga merupakan metode yang langsung melibatkan anak didik untuk aktif dan kreatif dalam pembelajaran. Diskusi bisa berjalan dengan baik jika anak didik yang menduskisikan suatu materi itu benar-benar telah menguasai sebagian dari inti materi tersebut. Akan tetapi jika peserta diskusi yakni anak didik tidak paham akan hal tersebut maka bisa dipastikan diskusi tersebut tidak sesuai yang diharapkan dalam pembelajaran.
2.3Metode-metode Pendidikan Islam dalam Hadist
2.3.1Metode Keteladanan
حدثناعبداللهابنيوسفقالاخبرنامالكعنعمرابنعبداللهابنالزبيرعنعمرابنسليمالزرقيعنابيقتادةالانصاريانرسولاللهصلياللهعليهوسلمكانيصليوهوحاملامامةبنتزينببنترسولاللهصلياللهعليهوسلملابيالعاصبنربيعةبنعبدسمشفاذاسجدوضعهاواذاقامحملها
Artinya: Hadis dari Abdullah ibn Yusuf, katanya Malik memberitakan pada kami dari Amir ibn Abdullah ibn Zabair dari ‘Amar ibn Sulmi az-Zarâqi dari Abi Qatadah al-Anshâri, bahwa Rasulullah saw shalat sambil membawa Umâmah binti Zainab binti Rasulullah saw. dari (pernikahannya) dengan Abu al-Ash ibn Rabi’ah ibn Abdu Syams. Bila sujud, beliau menaruhnya dan bila berdiri beliau menggendongnya. Menurut al-Asqalâni, ketika itu orang-orang Arab sangat membenci anak perempuan. Rasulullah saw. memberitahukan pada mereka tentang kemuliaan kedudukan anak perempuan. Rasulullah saw. memberitahukannya dengan tindakan, yaitu dengan menggendong Umamah (cucu Rasulullah saw) di pundaknya ketika shalat. Makna yang dapat dipahami bahwa perilaku tersebut dilakukan Rasulullah saw untuk menentang kebiasaan orang Arab yang membenci anak perempuan. Rasulullah saw menyelisihi kebiasaan mereka, bahkan dalam salat sekalipun. Hamd, mengatakan bahwa pendidik itu besar di mata anak didiknya, apa yang dilihat dari gurunya akan ditirunya, karena anak didik akan meniru dan meneladani apa yang dilihat dari gurunya, maka wajiblah guru memberikan teladan yang baik. Rasulullah saw merepresentasikan dan mengekspresikan apa yang ingin diajarkan melalui tindakannya dan kemudian menerjemahkan tindakannya ke dalam kata-kata. Bagaimana memuja Allah swt, bagaimana bersikap sederhana, bagaimana duduk dalam shalat dan do’a, bagaimana makan, bagaimana tertawa, dan lain sebagainya, menjadi acuan bagi para sahabat, sekaligus merupakan materi pendidikan yang tidak langsung. Mendidik dengan contoh (keteladanan) adalah satu metode pembelajaran yang dianggap besar pengaruhnya. Segala yang dicontohkan oleh Rasulullah saw dalam kehidupannya, merupakan cerminan kandungan Alquran secara utuh, sebagaimana firman Allah swt berikut : Artinya:“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. Al Ahzab : 33: 21. Dengan demikian, keteladanan menjadi penting dalam pendidikan, keteladanan akan menjadi metode yang ampuh dalam membina perkembangan anak didik. Keteladanan sempurna, adalah keteladanan Rasulullah saw yang dapat menjadi acuan bagi pendidik sebagai teladan utama, sehingga diharapkan anak didik mempunyai figur pendidik yang dapat dijadikan panutan. Dengan demikian, keteladanan menjadi penting dalam pendidikan,  keteladanan akan menjadi metode yang ampuh dalam membina perkembangan anak didik. Keteladanan sempurna adalah keteladanan Rasulullah saw yang dapat menjadi acuan bagi pendidik sebagai teladan utama, sehingga diharapkan anak didik mempunyai figur pendidik yang dapat dijadikan panutan.

2.3.2Metode lemah lembut/kasih sayang
.عِيلُبْنُإِبْرَاهِيمَعَنْحَجَّاجٍالصَّوَّافِعَنْيَحْيَىبْنِأَبِيكَثِيرٍعَنْهِلَالِبْنِأَبِيمَيْمُونَةَعَنْعَطَاءِبْنِيَسَارٍعَنْمُعَاوِيَةَبْنِالْحَكَمِالسُّلَمِيِّقَالَبَيْنَاأَنَاأُصَلِّيمَعَرَسُولِاللَّهِصَلَّىاللَّهُعَلَيْهِوَسَلَّمَإِذْعَطَسَرَجُلٌمِنْالْقَوْمِفَقُلْتُيَرْحَمُكَاللَّهُفَرَمَانِيالْقَوْمُبِأَبْصَارِهِمْفَقُلْتُوَاثُكْلَأُمِّيَاهْمَاشَأْنُكُمْتَنْظُرُونَإِلَيَّفَجَعَلُوايَضْرِبُونَبِأَيْدِيهِمْعَلَىأَفْخَاذِهِمْفَلَمَّارَأَيْتُهُمْيُصَمِّتُونَنِيلَكِنِّيسَكَتُّفَلَمَّاصَلَّىرَسُولُاللَّهِصَلَّىاللَّهُعَلَيْهِوَسَلَّمَفَبِأَبِيهُوَوَأُمِّيمَارَأَيْتُمُعَلِّمًاقَبْلَهُوَلَابَعْدَهُأَحْسَنَتَعْلِيمًامِنْهُفَوَاللَّهِمَاكَهَرَنِيوَلَاضَرَبَنِيوَلَاشَتَمَنِيقَالَإِنَّهَذِهِالصَّلَاةَلَايَصْلُحُفِيهَاشَيْءٌمِنْكَلَامِالنَّاسِإِنَّمَاهُوَالتَّسْبِيحُوَالتَّكْبِيرُوَقِرَاءَةُالْقُرْآنِ
Artinya:Hadis dari Abu Ja’far Muhammad ibn Shabah dan Abu Bakr ibn Abi Syaibah, hadis Ismail ibn Ibrahim dari Hajjâj as-Shawwâf dari Yahya ibn Abi Kaşir dari Hilâl ibn Abi Maimũnah dari ‘Atha’ ibn Yasârdari Mu’awiyah ibn Hakam as-Silmiy, Katanya: Ketika saya shalat bersama Rasulullah saw, seorang dari jama’ah bersin maka aku katakan yarhamukallâh. Orang-orang mencela saya dengan pandangan mereka, saya berkata: Celaka, kenapa kalian memandangiku? Mereka memukul paha dengan tangan mereka, ketika saya memandang mereka, mereka menyuruh saya diam dan saya diam. Setelah Rasul saw selesai shalat (aku bersumpah) demi Ayah dan Ibuku (sebagai tebusannya), saya tidak pernah melihat guru sebelumnya dan sesudahnya yang lebih baik pengajarannya daripada beliau. Demi Allah beliau tidak membentak, memukul dan mencela saya. Rasulullah saw (hanya) bersabda: Sesungguhnya shalat ini tidak boleh di dalamnya sesuatu dari pembicaraan manusia. Ia hanya tasbîh, takbîr dan membaca Alquran. Pentingnya metode lemah lembut dalam pendidikan, karena materi pelajaran yang disampaikan pendidik dapat membentuk kepribadian peserta didik. Dengan sikap lemah lembut yang ditampilkan pendidik, peserta didik akan terdorong untuk akrab dengan pendidik dalam upaya pembentukan kepribadian.
2.3.3Metode deduktif
حَدَََّثَنَامُحَمَّدُبْنُبَشَّارٍبُنْدَارٌقَالَحَدَّثَنَايَحْيَىعَنْعُبَيْدِاللَّهِقَالَحَدَّثَنِيخُبَيْبُبْنُعَبْدِالرَّحْمَنِعَنْحَفْصِبْنِعَاصِمٍعَنْأَبِيهُرَيْرَةَعَنْالنَّبِيِّصَلَّىاللَّهُعَلَيْهِوَسَلَّمَقَالَسَبْعَةٌيُظِلُّهُمْاللَّهُفِيظِلِّهِيَوْمَلَاظِلَّإِلَّاظِلُّهُالْإِمَامُالْعَادِلُوَشَابٌّنَشَأَفِيعِبَادَةِرَبِّهِوَرَجُلٌقَلْبُهُمُعَلَّقٌفِيالْمَسَاجِدِوَرَجُلَانِتَحَابَّافِياللَّهِاجْتَمَعَاعَلَيْهِوَتَفَرَّقَاعَلَيْهِوَرَجُلٌطَلَبَتْهُامْرَأَةٌذَاتُمَنْصِبٍوَجَمَالٍفَقَالَإِنِّيأَخَافُاللَّهَوَرَجُلٌتَصَدَّقَأَخْفَىحَتَّىلَاتَعْلَمَشِمَالُهُمَاتُنْفِقُيَمِينُهُوَرَجُلٌذَكَرَاللَّهَخَالِيًافَفَاضَتْعَيْنَاهُ.
Artinya:“Hadis Muhammad ibn Basysyar ibn Dar, katanya hadis Yahya dari Abdullah katanya hadis dari Khubâib ibn Abdurrahman dari Hafs ibn ‘Aśim dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah saw.bersabda: Tujuh orang yang akan dinaungi oleh Allah di naungan-Nya yang tidak ada naungan kecuali naungan Allah; pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh dalam keadaan taat kepada Allah; seorang yang hatinya terikat dengan mesjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah (mereka bertemu dan berpisah karena Allah), seorang yang diajak oleh wanita terpandang dan cantik namun ia berkata ’saya takut kepada Allah’, seorang yang menyembunyikan sadekahnya sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diberikan oleh tangan kanannya dan orang yang mengingat Allah dalam kesendirian hingga air matanya mengalir”. Metode deduktif (memberitahukan secara global) suatu materi pelajaran, akan memunculkan keingintahuan pelajar tentang isi materi pelajaran, sehingga lebih mengena di hati dan memberi manfaat yang lebih besar.
2.3.4Metode perumpamaan
حَدَّثَنَامُحَمَّدُبْنُالْمُثَنَّىوَاللَّفْظُلَهُأَخْبَرَنَاعَبْدُالْوَهَّابِيَعْنِيالثَّقَفِيَّحَدَّثَنَاعُبَيْدُاللَّهِعَنْنَافِعٍعَنْابْنِعُمَرَعَنْالنَّبِيِّصَلَّىاللَّهُعَلَيْهِوَسَلَّمَقَالَمَثَلُالْمُنَافِقِكَمَثَلِالشَّاةِالْعَائِرَةِبَيْنَالْغَنَمَيْنِتَعِيرُإِلَىهَذِهِمَرَّةًوَإِلَىهَذِهِمَرَّةً.
Artinya;“Hadis dari Muhammad ibn Mutsanna dan lafaz darinya, hadis dari Abdul Wahhâb yakni as- Śaqafi, hadis Abdullah dari Nâfi’ dari ibn Umar, Nabi saw. bersabda: Perumpamaan orang munafik dalam keraguan mereka adalah seperti kambing yang kebingungan di tengah kambing-kambing yang lain.Ia bolak balik ke sana ke sini”. Perumpamaan dilakukan oleh Rasul saw. sebagai satu metode pembelajaran untuk memberikan pemahaman kepada sahabat, sehingga materi pelajaran dapat dicerna dengan baik. Metode ini dilakukan dengan cara menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yanglain, mendekatkan sesuatu yang abstrak dengan yang lebih konkrit. Perumpamaan yang digunakan oleh Rasulullah saw sebagai satu metode pembelajaran selalu syarat dengan makna, sehinga benar-benar dapat membawa sesuatu yang abstrak kepada yang konkrit atau menjadikan sesuatu yang masih samar dalam makna menjadi sesuatu yang sangat jelas.
2.3.5Metode kiasan
حَدَّثَنَايَحْيَىقَالَحَدَّثَنَاابْنُعُيَيْنَةَعَنْمَنْصُورِبْنِصَفِيَّةَعَنْأُمِّهِعَنْعَائِشَةَأَنَّامْرَأَةًسَأَلَتْالنَّبِيَّصَلَّىاللَّهُعَلَيْهِوَسَلَّمَعَنْغُسْلِهَامِنْالْمَحِيضِفَأَمَرَهَاكَيْفَتَغْتَسِلُقَالَخُذِيفِرْصَةًمِنْمَسْكٍفَتَطَهَّرِيبِهَاقَالَتْكَيْفَأَتَطَهَّرُقَالَتَطَهَّرِيبِهَاقَالَتْكَيْفَقَالَسُبْحَانَاللَّهِتَطَهَّرِيفَاجْتَبَذْتُهَاإِلَيَّفَقُلْتُتَتَبَّعِيبِهَاأَثَرَالدَّمِ….
Artinya:“Hadis Yahya, katanya hadis‘Uyainah dari Mansyur ibn Shafiyyah dari Ibunya dari Aisyah, seorang wanita bertanya pada Nabi saw. tentang bersuci dari haid. Aisyah menyebutkan bahwa Rasul saw. mengajarkannya bagaimana cara mandi. Kemudian kamu mengambil secarik kain dan memberinya minyak wangi dan bersuci dengannya. Ia bertanya, bagaimana aku bersuci dengannya? Sabda Rasul saw. Kamu bersuci dengannya. Subhânallah, beliau menutup wajahnya. Aisyah mengatakan telusurilah bekas darah (haid) dengan kain itu”. Muhammad bin Ibrahim al-Hamd, mengatakan cara mempergunakan kiasan dalam pembelajaran, yaitu:
a.Rayuan dalam nasehat, seperti memuji kebaikan anak didik, dengan tujuan agar lebih meningkatkan kualitas akhlaknya, dengan mengabaikan membicarakankeburukannya.
b.Menyebutkan tokoh-tokoh agung umat Islam masa lalu, sehingga membangkitkan semangat mereka untuk mengikuti jejak mereka.
c. Membangkitkan semangat dan kehormatan anak didik
d.Sengaja menyampaikan nasehat di tengah anak didik.
e.Menyampaikan nasehat secara tidak langsung/ melalui kiasan.
f.Memuji di hadapan orang yang berbuat kesalahan, orang yang mengatakan sesuatu yang berbeda dengan perbuatannya. Merupakan cara mendorong seseorang untuk berbuat kebajikan dan meninggalkan keburukan.
2.3.6Metode memberi kemudahan
حَدَّثَنَامُحَمَّدُبْنُبَشَّارٍقَالَحَدَّثَنَايَحْيَىبْنُسَعِيدٍقَالَحَدَّثَنَاشُعْبَةُقَالَحَدَّثَنِيأَبُوالتَّيَّاحِعَنْأَنَسِبْنِمَالِكٍعَنْالنَّبِيِّصَلَّىاللَّهُعَلَيْهِوَسَلَّمَقَالَيَسِّرُواوَلاتُعَسِّرُواوَبَشِّرُواوَلاتُنَفِّرُواوكانيحبالتخفيفوالتسريعلىالناس.
Artinya:“Hadis Muhammad ibn Basysyar katanya hadis Yahya ibn Sâ’id katanya hadis Syu’bah katanya hadisAbu Tayyâh dari Anas ibn Malik dari Nabi saw. Rasulullah saw. bersabda: Mudahkanlah dan jangan mempersulit. Rasulullah saw suka memberikan keringanan kepada manusia.”Sebagai pendidik, Rasulullah saw. tidak pernah mempersulit, dengan harapan para sahabat memiliki motivasi yang kuat untuk tetap meningkatkan aktivitas belajar.
2.3.7Metode tanya jawab
حَدَّثَنَاقُتَيْبَةُبْنُسَعِيدٍحَدَّثَنَالَيْثٌحوَقَالَقُتَيْبَةُحَدَّثَنَابَكْرٌيَعْنِيابْنَمُضَرَكِلَاهُمَاعَنْابْنِالْهَادِعَنْمُحَمَّدِبْنِإِبْرَاهِيمَعَنْأَبِيسَلَمَةَبْنِعَبْدِالرَّحْمَنِعَنْأَبِيهُرَيْرَةَأَنَّرَسُولَاللَّهِصَلَّىاللَّهُعَلَيْهِوَسَلَّمَقَالَوَفِيحَدِيثِبَكْرٍأَنَّهُسَمِعَرَسُولَاللَّهِصَلَّىاللَّهُعَلَيْهِوَسَلَّمَيَقُولُأَرَأَيْتُمْلَوْأَنَّنَهْرًابِبَابِأَحَدِكُمْيَغْتَسِلُمِنْهُكُلَّيَوْمٍخَمْسَمَرَّاتٍهَلْيَبْقَىمِنْدَرَنِهِشَيْءٌقَالُوالَايَبْقَىمِنْدَرَنِهِشَيْءٌقَالَفَذَلِكَمَثَلُالصَّلَوَاتِالْخَمْسِيَمْحُواللَّهُبِهِنَّالْخَطَايَا.
Artinya:“Hadis Qutaibah ibn Sa’id, hadis Lâis kata Qutaibah hadis Bakr yaitu ibn Mudhar dari ibn Hâd dari Muhammad ibn Ibrahim dari Abi Salmah ibn Abdurrahmân dari Abu Hurairah r.a. Rasulullah saw.bersabda; Bagaimana pendapat kalian seandainyaada sungai di depan pintu salah seorang di antara kalian. Ia mandi di sana lima kali sehari. Bagaimana pendapat kalian? Apakah masih akan tersisa kotorannya? Mereka menjawab, tidak akan tersisa kotorannya sedikitpun. Beliau bersabda;Begitulah perumpamaan salat lima waktu, dengannyaAllah menghapus dosa-dosa”. Metode tanya jawab, apakah pembicaraan antara dua orang atau lebih, dalam pembicaraan tersebut mempunyai tujuan dan topik tertentu. Metode dialog berusaha menghubungkan pemikiran seseorang dengan orang lain, serta mempunyai manfaat bagi pelaku dan pendengarnya. Uraian tersebut memberi makna bahwa dialog dilakukan oleh seseorang dengan orang lain, baik mendengar langsung atau melalui bacaan. Nahlawi, mengatakan pembaca dialog akan mendapat keuntunganberdasarkan karakteristik dialog, yaitu topik dialog disajikan dengan pola dinamis sehingga materi tidak membosankan, pembaca tertuntun untuk mengikuti dialog hingga selesai. Melalui dialog, perasaan dan emosi akan terbangkitkan, topik pembicaraan disajikan bersifat realistik dan manusiawi. Dalam Alquran banyak memberi informasi tentang dialog, di antara bentuk-bentuk dialog tersebut adalah dialog khitâbi, ta’abbudi, deskritif, naratif, argumentatif serta dialog nabawiyah. Metode tanya jawab, sering dilakukan oleh Rasul saw dalam mendidik akhlak para sahabat. Dialog akan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya tentang sesuatu yang tidak mereka pahami. Pada dasarnya metode tanya jawab adalah tindak lanjut dari penyajian ceramah yang disampaikan pendidik. Dalam hal penggunaan metode ini, Rasulullah saw  menanyakan kepada para sahabat tentang penguasaan terhadap suatu masalah.
2.3.8Metode Pengulangan
حَدَّثَنَامُسَدَّدُبْنُمُسَرْهَدٍحَدَّثَنَايَحْيَىعَنْبَهْزِبْنِحَكِيمٍقَالَحَدَّثَنِيأَبِيعَنْأَبِيهِقَالَسَمِعْتُرَسُولَاللَّهِصَلَّىاللَّهُعَلَيْهِوَسَلَّمَيَقُولُوَيْلٌلِلَّذِييُحَدِّثُفَيَكْذِبُلِيُضْحِكَبِهِالْقَوْمَوَيْلٌلَهُوَيْلٌلَهُ.
Artinya:“Hadis Musaddad ibn Musarhad hadis Yahya dari Bahzâ ibnHâkim, katanya hadis dari ayahnya katanya ia mendengar Rasulullah saw bersabda: Celakalah bagi orang yang berbicara dan berdusta agar orang-orang tertawa. Kecelakaan baginya, kecelakaan baginya. Satu proses yang penting dalam pembelajaran adalah pengulangan/latihan atau praktek yang diulang-ulang. Baik latihan mental dimana seseorang membayangkan dirinya melakukan perbuatan tertentu maupun latihan motorik yaitu melakukan perbuatan secara nyata merupakan alat-alat bantu ingatan yang penting








BAB III
PENUTUP

3.1Kesimpulan
Kesimpulan dari beberapa uraian yang telah penulis uraikan di atas dapat penulis simpulkan:
a.Metodologi pendidikan secara umum dapat dikemukakan sebagai mediator pelaksanaan operasional pendidikan. Secara khusus biasanya metodologi pendidikan berhubungan dengan tujuan dan materi pendidikan dan juga dengan kurikulum. Metodologi pendidikan harus mempertimbangkan kebutuhan,ketertarikan, sifat dan kesungguhan para pesrta didik dan juga harus memberikan kesempatan untuk mengembangkan kekuatan intelektualannya.
b.Dalam al qur’an terdapat beberapa metode yang dapat digunakan dalam ruang lingkup pendidikan islam diantaranya : metode teladan, metode nasihat, metode pembiasaan, metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi.
c.Adapun metode pendidikan islam yang terdapan dalam al hadits diantaranya : Metode Keteladanan, Metode perumpamaan, Metode kiasan, Metode memberi kemudahan, Metode perbandingan, Metode tanya jawab, Metode Pengulangan, Metode pemecahan masalah, Metode pujian/memberi kegembiraan.
d.Dari metode-metode yang sudah ada tersebut di atas maka metode-metde tersebut bisa digunakan dalam teknik mengajar Al-Wur’an dan Hadist, sehingga guru tidak hanya monoton dengan satu metode saja.
3.2Saran-saran
Di antara saran-saran penulis diantaranya :
a.Bagi semua pendidik ingatlah dua pustaka yang diwariskan oleh nabi Muhammad saw yaitu al qur’an dan hadits karena dua hal ini lah yang dijanjikan oleh rosulullah “barang siapa yang berpegangan dengan keduanya niscaya dia akan selamat”
b.Dalam al qur’an dan al hadits terdapat banyak metode metode yang dapat ikut serta dalam mensukseskan proses belajar mengajar dalam dunia pendidikan islam oleh karena itu jagalah metode-metode tersebut dengan cara melestarikan metode yang terdapat dalam al qur’an dalam pendidikan islam
c.Mulailah untuk membina pendidikan islam secara bertahap dengan metode yang bervariasai agar peserta didika tidak jenuh di dalam mempelajari pendidikan islam.