Selasa, 15 November 2016

Metode pendidikan islam dalam al-qur'an dan hadist

STRATEGI PEMBELAJARAN AL-QUR’AN HADIST
“ METODE PENDIDIKAN ISLAM DALAM AL-QUR’AN DAN HADIST”







DISUSUN OLEH :
-MUHAMMAD FAIZAL

DOSEN PENGAMPU :
MUHAJIR, M.Pd.I

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
KABUPATEN BENGKALIS
TAHUN 2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan hidayahnya kepada kita semua khususnya kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan penulisan Makalah ini dengan judul “ Metode Pendidikan Islam dalam Al-qur’an dan Hadist” dengan baik dan tepat pada waktunya. Makalah ini kami susun untuk memenuhi Ujian MID Semester mata Kuliah Strategi Pembelajaran Al-Qur’an dan Hadist di STAIN Kabupaten Bengkalis.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu penyelesaia penulisan makalah ini, disamping itu kami juga menyadari bahwa masih banyak kesalahan dalam penulisan makalah ini, untuk itu kami mohon kritik dan saran yang membangun. Sehingga bisa melengkapi dan menjadikan makalah ini bisa lebih baik lagi nantinya.
Akhir dari kami tentunya kami mohon maaf sebesar-besarnya jika terjadi kesalahan dalam penulisan ini, mudah-mudahan makalah ini bisa bermanfaat dan menjadi referensi bagi pembaca.

Bengkalis, 11 November 2016

Penulis






BAB I
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
Ketika kita mendengar nama salah satu pelajaran yang ada di madrasah ataupun di pesantren, yakni pelajaran Al-Qur’n Hadis, mungkin akan terbayang di benak kita sebuah pelajaran yang membosankan dan menjemukan. Betapa tidak, pantas saja kesan tersebut segera menyeruak dalam benak kita. Sebab, selama ini pelajaran tersebut memang disampaikan dengan cara dan metode yang membosankan. Dari dulu sampai sekarang, cara yang ditempuh oleh ustaz yang mengampu mata pelajaran tersebut hanya itu-itu saja, nyaris tidak ada perubahan sama sekali. Membaca ayat atau hadis, mendengarkan ceramah ustaz yang menjemukan dan membuat ngantuk, atau menghafal rangkaian ayat Al-Qur’an dan hadis Nabi yang mungkin hanya akan hafal pada saat itu saja. Itulah rangkaian rutinitas pembelajaran Al-Qur’an Hadis yang selama ini terjadi. Melihat tradisi pembelajaran Al-Qur’an Hadis yang barusan disebut, pantas dan sangat wajar jika murid-murid merasa jenuh dan bosan. Pertanyaannya kemudian adalah bagaimana menyajikan pelajaran Al-Qur’an Hadis supaya lebih menyenangkan dan mencerahkan?Jika mencermati dunia pendidikan Barat, kita akan dibuat terpana dan berdecak kagum. Bagaimana tidak, di sana setiap waktu muncul silih berganti aneka inovasi pembelajaran. Usaha yang ditempuh oleh para praktisi dunia pendidikan Barat ini bertujuan menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, memberdayakan siswa, sekaligus mencerahkan. Sebut saja contextual teaching and learning (CTL) temuan Elaine B. Johnson, terus ada Example Non Example, Numbered Head Together, dan sebagainya. Ini hanyalah beberapa contoh. Di luar itu masih banyak teori-teori pembelajaran yang mencerahkan dan memberdayakan. Kalau dilihat dari contoh teori dan strategi-strategi yang diatas, akan tersirat bahwa inti pembelajaran yang digagas oleh para praktisi pendidikan Barat adalah menciptakan suasana pembelajaran yang memandang siswa sebagai manusia secara utuh, sebagai subjek bukan sebagai objek. Dengan demikian, kendali pembelajaran bukan berada di tangan guru atau pendidik seutuhnya. Aktor pembelajaran adalah siswa. Guru hanyalah sebagai fasilitator. Dengan suasana pembelajaran seperti ini, praktis yang banyak terlibat adalah siswa. Dengan banyak terlibat secara aktif, otomatis siswa tidak akan merasa bosan. Justru para siswa akan merasa senang dan bergairah.
Berdasarkan permasalahan diatas, maka penulis akan membahas tentang “Metode Pendidikan Islam dalam Al-Qur’an Hadist”. Untuk mencapai pembelajaran Al-Qur’an Hadis yang menyenangkan.

1.2Rumusan Masalah
a.Apa pengertian Metode Pendidikan Islam?
b.Apa saja yang termasuk dalam metode pendidikan Islam dalam Al-qur’an dan Hadist?

1.3Tujuan Penulisan
a.Mengetahui Pengertian Metode Pendidikan Islam
b.Mengetahui apa saja yang termasuk dalam metode pendidikan Islam dalam Al-Qur’an dan Hadist










BAB II
PEMBAHASAN

2.1Pengertia Metode Pendidikan Islam
Sebelum lebih jauh kita membahas mengenai pengertian metode pendidikan Islam, maka kita harus mengetahui pengertian dari setiap kata tersebut. Maka dengan ini penulis menguraikan menjadi dua kata, yaitu kata metode dan kata pendidikan Islam. Metode berasal dari dua perkataan yaitu meta yang artinya adalah melalui dan hodos yang berarti jalan atau cara. Dapat disimpulkan bahwa metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.  Adapun istilah metodologi berasal dari kata metoda dan logi. Logi berasal dari bahasa Yunani yang memiliki arti akal atau ilmu. Jadi metodologi artinya ilmu tentang jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Dalam bahasa Arab kata metode diungkapkan dalam berbagai kata. Terkadang digunakan kata atthariqah, manhaj, dan alwashilah. Thariqah berarti jalan, manhaj berarti sistem, dan washilah berarti perantara atau mediator. Dengan demikian kata yang paling dekat dengan metode adalah kata thariqah. Karena sebagaimana dijelaskan pada awal paragraf secara bahasa metode adalah suatu jalan untuk mencapai suatu tujuan. Dengan pendekatan kebahasaan tersebut nampak bahwa metode lebih menunjukkan kepada jalan, dalam arti jalan yang bersifat non fisik. Yaitu jalan dalam bentuk ide-ide yang mengacu pada cara menghantarkan seseorang untuk mencapai pada tujuan yang ditentukan. Secara terminologi atau istilah metode bisa membawa pada pengertian yang bermacam-macam, yaitu ada kognitifnya seperti tentang fakta-fakta sejarah, syarat-syarat sah shalat, ada juga aspek afektifnya seperti penghayatan pada nilai-nilai dan akhlak, dan ada juga aspek psikomotorik seperti praktek shalat, haji dan sebagainya. Sedangkan pendidikan Islam dalam arti sempit, adalah bimbingan yang dilakukan seseorang yang kemudian disebut pendidik terhadap orang lain yang kemudian disebut peserta didik. Terlepas dari apa dan siapa yang membimbing, yang pasti pendidikan diarahkan untuk mengembangkan manusia dari berbagai aspek dan dimensinya, agar ia berkembang secara maksimal. Pendidikan adalah  suatu aktivitas untuk mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia yang berjalan seumur hidup. Pendidikan bukan hanya bersifat formal saja, tetapi mencakup juga yang non formal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, pendidikan adalah suatu aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadi rohani (pikir, rasa, karsa, dan budi nurani). Dengan demikian metode tersebut memiliki posisi penting dalam mencapai tujuan. Metode adalah cara yang paling cepat dan tepat dalam memperoleh tujuan yang diinginkan. Jika metode dapat dikuasi maka akan memudahkan jalan dalam mencapai tujuan dalam pendidikan Islam.

2.2Metode-metode Pendidikan Islam dalam Al-Qur’an
2.2.1Metode Teladan
Dalam al-Qur’an kata teladan disamakan pada kata Uswah yang kemudian diberikan sifat dibelakangnya seperti sifat hasanah yang berarti baik. Sehingga dapat terungkapkan menjadi Uswatun Hasanah yang berarti teladan yang baik. Kata uswah dalam al-Qur’an diulang sebanyak enam kali dengan mengambil contoh Rasullullah SAW, Nabi Ibrahim dan kaum yang beriman teguh kepada Allah. Firman Allah SWT dalam surat al-Ahzab :لقدكانلكمفيرسولاللهاسوةحسنة“ Sesungguhnya dalam diri Rasullullah itu kamu dapat menemukan teladan yang baik” (Q.S.al-Ahzab:21). Muhammad Quthb, misalnya mengisyaratkan bahwa di dalam diri Nabi Muhammad, Allah menyusun suatu bentuk sempurna metodologi Islam, suatu bentuk yang hidup dan abadi sepanjang sejarah masih berlangsung. Metode ini dianggap sangat penting karena aspek agama yang terpenting adalah akhlak yang termasuk dalam kawasan afektif yang terwujud dalam tingkah laku(behavioral).

2.2.2Metode Kisah-Kisah
Di dalam al-Qur’an selain terdapat nama suatu surat, yaitu surat al-Qasash yang berarti cerita-cerita atau kisah-kisah, juga kata kisah tersebut diulang sebanyak 44 kali. Menurut Quraish Shihab bahwa dalam mengemukakan kisah di al-Qur’an tidak segan-segan untuk menceritakan “kelemahan manusiawi”. Namun, hal tersebut digambarkanya sebagaimana adanya, tanpa menonjolkan segi-segi yang dapat mengundang rangsangan. Kisah tersebut biasanya diakhiri dengan menggaris bawahi akibat kelemahan itu, atau dengan melukiskan saat kesadaran dan kemenangannya mengalahkan kelemahan tadi. Kemudian Quraish Shihab memberikan contoh pada surat al-Qashash ayat 76-81. Disini, setelah dengan bangganya Karun mengakui bahwa kekayaan yang diperolehnya adalah berkat kerja keras dan usahanya sendiri. Sehingga muncul kekaguman orang-orang sekitarnya terhadap kekayaan yang dimilikinya, tiba-tiba gempa menelan Karun dan kekayaanya. Orang-orang yang tadinya kagum menyadari bahwa orang yang durhaka tidak akan pernah memperoleh keberuntungan yang langgeng. Pelajaran yang terkandung dalam kisah tersebut adalah mengingatkan menusia agar jangan lupa bersyukur kepada Allah, jangan lupa diri, takabbur, sombang dan seterusnya, karena itu semua hal yang tidak disukai oleh Allah. Kisah atau cerita sebagai metode pendidikan ternyata mempunyai daya tarik yang menyentuh perasaan. Islam menyadari akan adanya sifat alamiah manusia yang menyukai cerita dan menyadari pengaruh besar terhadap perasaan. Oleh karena itu Islam mengeksploitasi cerita itu untuk dijadikan salah satu teknik pendidikan. Islam mengunakan berbagai jenis cerita sejarah faktual yang menampilkan suatu contoh kehidupan manusia yang dimaksudkan agar kehidupan manusia bisa seperti pelaku yang ditampilkan contoh tersebut(jika kisah itu baik). Cerita drama yang melukiskan fakta yang sebenarnya tetapi bisa diterapkan kapan dan disaat apapun.

2.2.3Metode Nasihat
Al-Qur’an juga menggunakan kalimat-kalimat yang menyentuh hati untuk mengarahkan manusia kepada ide yang dikehendakinya. Inilah yang kemudian dikenal nasihat. Tetapi pada setiap nasihat yang disampaikannya ini selalu dengan teladan dari I pemberi atau penyampai nasihat itu. Ini menunjukkan bahwa antara satu metode yakni nasihat dengan metode lain yang dalam hal ini keteladanan bersifat melengkapi. Didalam al-Qur’an, kata-kata yang menerangkan tentang nasihat diulang sebnyak 13 kali yang tersebut dalam 13 ayat didalam tujuh surat. Diantara ayat-ayat tersebut berkaitan dengan para Nabi terhadap umatnya. Salah satunya contoh nasihat Nabi Saleh kepada kaumnya, dalam firman Allah :وتوليعنهموقالياقوميلقدابلغتكمرسالةربيونصحتلكمولكنلاتحبونالناصحين “Maka berpaling dari mereka dan (Nabi Saleh) berkata: ”hai kaumku aku telah menyampaikan kepadamu amanat dari Tuhanku, dan aku telah memberimu nasihat kepadamu, tetapi kamu tidak menyukai orang-orang yang memberi nasihat.”(Q.S. al-‘Araf:79)
2.2.4Metode Ceramah
Metode ini merupakan metode yang sering digunakan dalam menyampaikan atau mengajak orang mengikuti ajaran yang telah ditentukan. Metode ceramah sering disandingkan dengan kata khutbah. Dalam al-Qur’an sendiri kata tersebut diulang sembilan kali. Bahkan ada yang berpendapat metode ceramah ini dekat dengan kata tablih, yaitu menyampaikan sesuatu ajaran. Pada hakikatnya kedua arti tersebut memiliki makna yang sama yakni menyampaikan suatu ajaran. Pada masa lalu hingga sekarang metode ini masih sering digunakan, bahkan akan selalu kita jumpai dalam setiap pembelajaran. Akan tetapi bedanya terkadang metode ini di campur dengan metode lain. Karena kekurangan metode ini adalah jika sang penceramah tidak mampu mewakili atau menyampaikan ajaran yang semestinya harus disampaikan maka metode ini berarti kurang efektif. Apalagi tidak semua guru atau pendidik memiliki suara yang keras dan konsisten, sehingga jika menggunakan metode ceramah saja maka metode ini seperti hambar. Didalam al-Qur’an kata tabligh lebih banyak digunakan daripada kata khutbah, al-Qur’an mengulang kata tabligh sebanyak 78 kali. Salah satunya adalah dalam surat Yaasin ayat 17, yang artinya berbunyi; وماعليناالاالبلاغالمبين“Dan kewajiban kami adalah menyampaikan (perintah Allah) dengan jelas”.(Q.S. Yaasin:17). Dalam ayat ini jelas bahwa metode ini telah digunakan sejak zaman dahulu, untuk menjelaskan tentang suatu ajaran atau perintah.
2.2.5Metode Tanya Jawab
Tanya jawab merupakan salah satu metode yang menggunakan basis anak didik menjadi pusat pembelajaran. Metode ini bisa dimodif sesuai dengan pelajaran yang akan disampaikan. Bisa anak didik yang bertanya dan guru yang menjawab atau bisa anak didik yang menjawab pertanyaan dari gurunya. Didalam al-Qur’an hal ini juga digunakan oleh Allah agar manusia berfikir. Pertanyaan-pertanyaan itu mampu memancing stimulus yang ada. Adapun contoh yang paling jelas dari metode pendidikan Qur’an terdapat didalam surat Ar-Rahman. Disini Allah SWT mengingatkan kepada kita akan nikmat dan bukti kekuasaan-Nya, dimulai dari manusia dan kemampuannya dalam mendidik, hingga sampai kepada matahari, bulan, bintang, pepohonan, buah-buahan, langit dan bumi. Pada setiap ayat atau beberapa ayat dengan kalimat bertanya itu, manusia berhadapan dengan indera, naluri, suara hati dan perasaan. Dia tidak akan dapat mengingkari apa yang di inderanya dan diterima oleh akal serta hatinya. Ayat itu adalah Ar-Rahman ayat 13 :فبايألاءربكماتكذبان“Maka nikmat rabb kalian yang manakah yang kalian dustakan?”( Qs. Ar Rahman : 13 ). Pertanyaan itu diulang sebanyak 31 kali didalam surat ini. Setiap diulang, pertanyaan itu merangsang kesan yang berlainan sesuai dengan konteksnya dengan ayat sebelumnya.
2.2.6Metode Diskusi
Metode diskusi diperhatikan dalam al-Qur’an dalam mendidik dan mengajar manusia dengan tujuan lebih memantapkan pengertian dan sikap pengetahuan mereka terhadap sesuatu masalah. Sama dengan metode diatas metode diskusi merupakan salah satu metode yang secara tersirat ada dalam al-Qur’an. Didalam al-Qur’an kata diskusi sama dengan al-mujadallah itu diulang sebanyak 29 kali. Diantaranya adalah pada surat al-Nahl ayat 125 yang berbunyi:وجادلهمبالتيهياحسن“Dan bantahlah dengan cara yang baik..”(Q.S.al-Nahl:125). Dari ayat tersebut Allah telah memberikan pengajaran bagi umat Islam agar membantah atau berargument dengan cara yang baik. Dan tidak lain itu bisa kita temui dalam rangkaian acara yang biasa disebut diskusi. Diskusi juga merupakan metode yang langsung melibatkan anak didik untuk aktif dan kreatif dalam pembelajaran. Diskusi bisa berjalan dengan baik jika anak didik yang menduskisikan suatu materi itu benar-benar telah menguasai sebagian dari inti materi tersebut. Akan tetapi jika peserta diskusi yakni anak didik tidak paham akan hal tersebut maka bisa dipastikan diskusi tersebut tidak sesuai yang diharapkan dalam pembelajaran.
2.3Metode-metode Pendidikan Islam dalam Hadist
2.3.1Metode Keteladanan
حدثناعبداللهابنيوسفقالاخبرنامالكعنعمرابنعبداللهابنالزبيرعنعمرابنسليمالزرقيعنابيقتادةالانصاريانرسولاللهصلياللهعليهوسلمكانيصليوهوحاملامامةبنتزينببنترسولاللهصلياللهعليهوسلملابيالعاصبنربيعةبنعبدسمشفاذاسجدوضعهاواذاقامحملها
Artinya: Hadis dari Abdullah ibn Yusuf, katanya Malik memberitakan pada kami dari Amir ibn Abdullah ibn Zabair dari ‘Amar ibn Sulmi az-Zarâqi dari Abi Qatadah al-Anshâri, bahwa Rasulullah saw shalat sambil membawa Umâmah binti Zainab binti Rasulullah saw. dari (pernikahannya) dengan Abu al-Ash ibn Rabi’ah ibn Abdu Syams. Bila sujud, beliau menaruhnya dan bila berdiri beliau menggendongnya. Menurut al-Asqalâni, ketika itu orang-orang Arab sangat membenci anak perempuan. Rasulullah saw. memberitahukan pada mereka tentang kemuliaan kedudukan anak perempuan. Rasulullah saw. memberitahukannya dengan tindakan, yaitu dengan menggendong Umamah (cucu Rasulullah saw) di pundaknya ketika shalat. Makna yang dapat dipahami bahwa perilaku tersebut dilakukan Rasulullah saw untuk menentang kebiasaan orang Arab yang membenci anak perempuan. Rasulullah saw menyelisihi kebiasaan mereka, bahkan dalam salat sekalipun. Hamd, mengatakan bahwa pendidik itu besar di mata anak didiknya, apa yang dilihat dari gurunya akan ditirunya, karena anak didik akan meniru dan meneladani apa yang dilihat dari gurunya, maka wajiblah guru memberikan teladan yang baik. Rasulullah saw merepresentasikan dan mengekspresikan apa yang ingin diajarkan melalui tindakannya dan kemudian menerjemahkan tindakannya ke dalam kata-kata. Bagaimana memuja Allah swt, bagaimana bersikap sederhana, bagaimana duduk dalam shalat dan do’a, bagaimana makan, bagaimana tertawa, dan lain sebagainya, menjadi acuan bagi para sahabat, sekaligus merupakan materi pendidikan yang tidak langsung. Mendidik dengan contoh (keteladanan) adalah satu metode pembelajaran yang dianggap besar pengaruhnya. Segala yang dicontohkan oleh Rasulullah saw dalam kehidupannya, merupakan cerminan kandungan Alquran secara utuh, sebagaimana firman Allah swt berikut : Artinya:“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. Al Ahzab : 33: 21. Dengan demikian, keteladanan menjadi penting dalam pendidikan, keteladanan akan menjadi metode yang ampuh dalam membina perkembangan anak didik. Keteladanan sempurna, adalah keteladanan Rasulullah saw yang dapat menjadi acuan bagi pendidik sebagai teladan utama, sehingga diharapkan anak didik mempunyai figur pendidik yang dapat dijadikan panutan. Dengan demikian, keteladanan menjadi penting dalam pendidikan,  keteladanan akan menjadi metode yang ampuh dalam membina perkembangan anak didik. Keteladanan sempurna adalah keteladanan Rasulullah saw yang dapat menjadi acuan bagi pendidik sebagai teladan utama, sehingga diharapkan anak didik mempunyai figur pendidik yang dapat dijadikan panutan.

2.3.2Metode lemah lembut/kasih sayang
.عِيلُبْنُإِبْرَاهِيمَعَنْحَجَّاجٍالصَّوَّافِعَنْيَحْيَىبْنِأَبِيكَثِيرٍعَنْهِلَالِبْنِأَبِيمَيْمُونَةَعَنْعَطَاءِبْنِيَسَارٍعَنْمُعَاوِيَةَبْنِالْحَكَمِالسُّلَمِيِّقَالَبَيْنَاأَنَاأُصَلِّيمَعَرَسُولِاللَّهِصَلَّىاللَّهُعَلَيْهِوَسَلَّمَإِذْعَطَسَرَجُلٌمِنْالْقَوْمِفَقُلْتُيَرْحَمُكَاللَّهُفَرَمَانِيالْقَوْمُبِأَبْصَارِهِمْفَقُلْتُوَاثُكْلَأُمِّيَاهْمَاشَأْنُكُمْتَنْظُرُونَإِلَيَّفَجَعَلُوايَضْرِبُونَبِأَيْدِيهِمْعَلَىأَفْخَاذِهِمْفَلَمَّارَأَيْتُهُمْيُصَمِّتُونَنِيلَكِنِّيسَكَتُّفَلَمَّاصَلَّىرَسُولُاللَّهِصَلَّىاللَّهُعَلَيْهِوَسَلَّمَفَبِأَبِيهُوَوَأُمِّيمَارَأَيْتُمُعَلِّمًاقَبْلَهُوَلَابَعْدَهُأَحْسَنَتَعْلِيمًامِنْهُفَوَاللَّهِمَاكَهَرَنِيوَلَاضَرَبَنِيوَلَاشَتَمَنِيقَالَإِنَّهَذِهِالصَّلَاةَلَايَصْلُحُفِيهَاشَيْءٌمِنْكَلَامِالنَّاسِإِنَّمَاهُوَالتَّسْبِيحُوَالتَّكْبِيرُوَقِرَاءَةُالْقُرْآنِ
Artinya:Hadis dari Abu Ja’far Muhammad ibn Shabah dan Abu Bakr ibn Abi Syaibah, hadis Ismail ibn Ibrahim dari Hajjâj as-Shawwâf dari Yahya ibn Abi Kaşir dari Hilâl ibn Abi Maimũnah dari ‘Atha’ ibn Yasârdari Mu’awiyah ibn Hakam as-Silmiy, Katanya: Ketika saya shalat bersama Rasulullah saw, seorang dari jama’ah bersin maka aku katakan yarhamukallâh. Orang-orang mencela saya dengan pandangan mereka, saya berkata: Celaka, kenapa kalian memandangiku? Mereka memukul paha dengan tangan mereka, ketika saya memandang mereka, mereka menyuruh saya diam dan saya diam. Setelah Rasul saw selesai shalat (aku bersumpah) demi Ayah dan Ibuku (sebagai tebusannya), saya tidak pernah melihat guru sebelumnya dan sesudahnya yang lebih baik pengajarannya daripada beliau. Demi Allah beliau tidak membentak, memukul dan mencela saya. Rasulullah saw (hanya) bersabda: Sesungguhnya shalat ini tidak boleh di dalamnya sesuatu dari pembicaraan manusia. Ia hanya tasbîh, takbîr dan membaca Alquran. Pentingnya metode lemah lembut dalam pendidikan, karena materi pelajaran yang disampaikan pendidik dapat membentuk kepribadian peserta didik. Dengan sikap lemah lembut yang ditampilkan pendidik, peserta didik akan terdorong untuk akrab dengan pendidik dalam upaya pembentukan kepribadian.
2.3.3Metode deduktif
حَدَََّثَنَامُحَمَّدُبْنُبَشَّارٍبُنْدَارٌقَالَحَدَّثَنَايَحْيَىعَنْعُبَيْدِاللَّهِقَالَحَدَّثَنِيخُبَيْبُبْنُعَبْدِالرَّحْمَنِعَنْحَفْصِبْنِعَاصِمٍعَنْأَبِيهُرَيْرَةَعَنْالنَّبِيِّصَلَّىاللَّهُعَلَيْهِوَسَلَّمَقَالَسَبْعَةٌيُظِلُّهُمْاللَّهُفِيظِلِّهِيَوْمَلَاظِلَّإِلَّاظِلُّهُالْإِمَامُالْعَادِلُوَشَابٌّنَشَأَفِيعِبَادَةِرَبِّهِوَرَجُلٌقَلْبُهُمُعَلَّقٌفِيالْمَسَاجِدِوَرَجُلَانِتَحَابَّافِياللَّهِاجْتَمَعَاعَلَيْهِوَتَفَرَّقَاعَلَيْهِوَرَجُلٌطَلَبَتْهُامْرَأَةٌذَاتُمَنْصِبٍوَجَمَالٍفَقَالَإِنِّيأَخَافُاللَّهَوَرَجُلٌتَصَدَّقَأَخْفَىحَتَّىلَاتَعْلَمَشِمَالُهُمَاتُنْفِقُيَمِينُهُوَرَجُلٌذَكَرَاللَّهَخَالِيًافَفَاضَتْعَيْنَاهُ.
Artinya:“Hadis Muhammad ibn Basysyar ibn Dar, katanya hadis Yahya dari Abdullah katanya hadis dari Khubâib ibn Abdurrahman dari Hafs ibn ‘Aśim dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah saw.bersabda: Tujuh orang yang akan dinaungi oleh Allah di naungan-Nya yang tidak ada naungan kecuali naungan Allah; pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh dalam keadaan taat kepada Allah; seorang yang hatinya terikat dengan mesjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah (mereka bertemu dan berpisah karena Allah), seorang yang diajak oleh wanita terpandang dan cantik namun ia berkata ’saya takut kepada Allah’, seorang yang menyembunyikan sadekahnya sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diberikan oleh tangan kanannya dan orang yang mengingat Allah dalam kesendirian hingga air matanya mengalir”. Metode deduktif (memberitahukan secara global) suatu materi pelajaran, akan memunculkan keingintahuan pelajar tentang isi materi pelajaran, sehingga lebih mengena di hati dan memberi manfaat yang lebih besar.
2.3.4Metode perumpamaan
حَدَّثَنَامُحَمَّدُبْنُالْمُثَنَّىوَاللَّفْظُلَهُأَخْبَرَنَاعَبْدُالْوَهَّابِيَعْنِيالثَّقَفِيَّحَدَّثَنَاعُبَيْدُاللَّهِعَنْنَافِعٍعَنْابْنِعُمَرَعَنْالنَّبِيِّصَلَّىاللَّهُعَلَيْهِوَسَلَّمَقَالَمَثَلُالْمُنَافِقِكَمَثَلِالشَّاةِالْعَائِرَةِبَيْنَالْغَنَمَيْنِتَعِيرُإِلَىهَذِهِمَرَّةًوَإِلَىهَذِهِمَرَّةً.
Artinya;“Hadis dari Muhammad ibn Mutsanna dan lafaz darinya, hadis dari Abdul Wahhâb yakni as- Śaqafi, hadis Abdullah dari Nâfi’ dari ibn Umar, Nabi saw. bersabda: Perumpamaan orang munafik dalam keraguan mereka adalah seperti kambing yang kebingungan di tengah kambing-kambing yang lain.Ia bolak balik ke sana ke sini”. Perumpamaan dilakukan oleh Rasul saw. sebagai satu metode pembelajaran untuk memberikan pemahaman kepada sahabat, sehingga materi pelajaran dapat dicerna dengan baik. Metode ini dilakukan dengan cara menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yanglain, mendekatkan sesuatu yang abstrak dengan yang lebih konkrit. Perumpamaan yang digunakan oleh Rasulullah saw sebagai satu metode pembelajaran selalu syarat dengan makna, sehinga benar-benar dapat membawa sesuatu yang abstrak kepada yang konkrit atau menjadikan sesuatu yang masih samar dalam makna menjadi sesuatu yang sangat jelas.
2.3.5Metode kiasan
حَدَّثَنَايَحْيَىقَالَحَدَّثَنَاابْنُعُيَيْنَةَعَنْمَنْصُورِبْنِصَفِيَّةَعَنْأُمِّهِعَنْعَائِشَةَأَنَّامْرَأَةًسَأَلَتْالنَّبِيَّصَلَّىاللَّهُعَلَيْهِوَسَلَّمَعَنْغُسْلِهَامِنْالْمَحِيضِفَأَمَرَهَاكَيْفَتَغْتَسِلُقَالَخُذِيفِرْصَةًمِنْمَسْكٍفَتَطَهَّرِيبِهَاقَالَتْكَيْفَأَتَطَهَّرُقَالَتَطَهَّرِيبِهَاقَالَتْكَيْفَقَالَسُبْحَانَاللَّهِتَطَهَّرِيفَاجْتَبَذْتُهَاإِلَيَّفَقُلْتُتَتَبَّعِيبِهَاأَثَرَالدَّمِ….
Artinya:“Hadis Yahya, katanya hadis‘Uyainah dari Mansyur ibn Shafiyyah dari Ibunya dari Aisyah, seorang wanita bertanya pada Nabi saw. tentang bersuci dari haid. Aisyah menyebutkan bahwa Rasul saw. mengajarkannya bagaimana cara mandi. Kemudian kamu mengambil secarik kain dan memberinya minyak wangi dan bersuci dengannya. Ia bertanya, bagaimana aku bersuci dengannya? Sabda Rasul saw. Kamu bersuci dengannya. Subhânallah, beliau menutup wajahnya. Aisyah mengatakan telusurilah bekas darah (haid) dengan kain itu”. Muhammad bin Ibrahim al-Hamd, mengatakan cara mempergunakan kiasan dalam pembelajaran, yaitu:
a.Rayuan dalam nasehat, seperti memuji kebaikan anak didik, dengan tujuan agar lebih meningkatkan kualitas akhlaknya, dengan mengabaikan membicarakankeburukannya.
b.Menyebutkan tokoh-tokoh agung umat Islam masa lalu, sehingga membangkitkan semangat mereka untuk mengikuti jejak mereka.
c. Membangkitkan semangat dan kehormatan anak didik
d.Sengaja menyampaikan nasehat di tengah anak didik.
e.Menyampaikan nasehat secara tidak langsung/ melalui kiasan.
f.Memuji di hadapan orang yang berbuat kesalahan, orang yang mengatakan sesuatu yang berbeda dengan perbuatannya. Merupakan cara mendorong seseorang untuk berbuat kebajikan dan meninggalkan keburukan.
2.3.6Metode memberi kemudahan
حَدَّثَنَامُحَمَّدُبْنُبَشَّارٍقَالَحَدَّثَنَايَحْيَىبْنُسَعِيدٍقَالَحَدَّثَنَاشُعْبَةُقَالَحَدَّثَنِيأَبُوالتَّيَّاحِعَنْأَنَسِبْنِمَالِكٍعَنْالنَّبِيِّصَلَّىاللَّهُعَلَيْهِوَسَلَّمَقَالَيَسِّرُواوَلاتُعَسِّرُواوَبَشِّرُواوَلاتُنَفِّرُواوكانيحبالتخفيفوالتسريعلىالناس.
Artinya:“Hadis Muhammad ibn Basysyar katanya hadis Yahya ibn Sâ’id katanya hadis Syu’bah katanya hadisAbu Tayyâh dari Anas ibn Malik dari Nabi saw. Rasulullah saw. bersabda: Mudahkanlah dan jangan mempersulit. Rasulullah saw suka memberikan keringanan kepada manusia.”Sebagai pendidik, Rasulullah saw. tidak pernah mempersulit, dengan harapan para sahabat memiliki motivasi yang kuat untuk tetap meningkatkan aktivitas belajar.
2.3.7Metode tanya jawab
حَدَّثَنَاقُتَيْبَةُبْنُسَعِيدٍحَدَّثَنَالَيْثٌحوَقَالَقُتَيْبَةُحَدَّثَنَابَكْرٌيَعْنِيابْنَمُضَرَكِلَاهُمَاعَنْابْنِالْهَادِعَنْمُحَمَّدِبْنِإِبْرَاهِيمَعَنْأَبِيسَلَمَةَبْنِعَبْدِالرَّحْمَنِعَنْأَبِيهُرَيْرَةَأَنَّرَسُولَاللَّهِصَلَّىاللَّهُعَلَيْهِوَسَلَّمَقَالَوَفِيحَدِيثِبَكْرٍأَنَّهُسَمِعَرَسُولَاللَّهِصَلَّىاللَّهُعَلَيْهِوَسَلَّمَيَقُولُأَرَأَيْتُمْلَوْأَنَّنَهْرًابِبَابِأَحَدِكُمْيَغْتَسِلُمِنْهُكُلَّيَوْمٍخَمْسَمَرَّاتٍهَلْيَبْقَىمِنْدَرَنِهِشَيْءٌقَالُوالَايَبْقَىمِنْدَرَنِهِشَيْءٌقَالَفَذَلِكَمَثَلُالصَّلَوَاتِالْخَمْسِيَمْحُواللَّهُبِهِنَّالْخَطَايَا.
Artinya:“Hadis Qutaibah ibn Sa’id, hadis Lâis kata Qutaibah hadis Bakr yaitu ibn Mudhar dari ibn Hâd dari Muhammad ibn Ibrahim dari Abi Salmah ibn Abdurrahmân dari Abu Hurairah r.a. Rasulullah saw.bersabda; Bagaimana pendapat kalian seandainyaada sungai di depan pintu salah seorang di antara kalian. Ia mandi di sana lima kali sehari. Bagaimana pendapat kalian? Apakah masih akan tersisa kotorannya? Mereka menjawab, tidak akan tersisa kotorannya sedikitpun. Beliau bersabda;Begitulah perumpamaan salat lima waktu, dengannyaAllah menghapus dosa-dosa”. Metode tanya jawab, apakah pembicaraan antara dua orang atau lebih, dalam pembicaraan tersebut mempunyai tujuan dan topik tertentu. Metode dialog berusaha menghubungkan pemikiran seseorang dengan orang lain, serta mempunyai manfaat bagi pelaku dan pendengarnya. Uraian tersebut memberi makna bahwa dialog dilakukan oleh seseorang dengan orang lain, baik mendengar langsung atau melalui bacaan. Nahlawi, mengatakan pembaca dialog akan mendapat keuntunganberdasarkan karakteristik dialog, yaitu topik dialog disajikan dengan pola dinamis sehingga materi tidak membosankan, pembaca tertuntun untuk mengikuti dialog hingga selesai. Melalui dialog, perasaan dan emosi akan terbangkitkan, topik pembicaraan disajikan bersifat realistik dan manusiawi. Dalam Alquran banyak memberi informasi tentang dialog, di antara bentuk-bentuk dialog tersebut adalah dialog khitâbi, ta’abbudi, deskritif, naratif, argumentatif serta dialog nabawiyah. Metode tanya jawab, sering dilakukan oleh Rasul saw dalam mendidik akhlak para sahabat. Dialog akan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya tentang sesuatu yang tidak mereka pahami. Pada dasarnya metode tanya jawab adalah tindak lanjut dari penyajian ceramah yang disampaikan pendidik. Dalam hal penggunaan metode ini, Rasulullah saw  menanyakan kepada para sahabat tentang penguasaan terhadap suatu masalah.
2.3.8Metode Pengulangan
حَدَّثَنَامُسَدَّدُبْنُمُسَرْهَدٍحَدَّثَنَايَحْيَىعَنْبَهْزِبْنِحَكِيمٍقَالَحَدَّثَنِيأَبِيعَنْأَبِيهِقَالَسَمِعْتُرَسُولَاللَّهِصَلَّىاللَّهُعَلَيْهِوَسَلَّمَيَقُولُوَيْلٌلِلَّذِييُحَدِّثُفَيَكْذِبُلِيُضْحِكَبِهِالْقَوْمَوَيْلٌلَهُوَيْلٌلَهُ.
Artinya:“Hadis Musaddad ibn Musarhad hadis Yahya dari Bahzâ ibnHâkim, katanya hadis dari ayahnya katanya ia mendengar Rasulullah saw bersabda: Celakalah bagi orang yang berbicara dan berdusta agar orang-orang tertawa. Kecelakaan baginya, kecelakaan baginya. Satu proses yang penting dalam pembelajaran adalah pengulangan/latihan atau praktek yang diulang-ulang. Baik latihan mental dimana seseorang membayangkan dirinya melakukan perbuatan tertentu maupun latihan motorik yaitu melakukan perbuatan secara nyata merupakan alat-alat bantu ingatan yang penting








BAB III
PENUTUP

3.1Kesimpulan
Kesimpulan dari beberapa uraian yang telah penulis uraikan di atas dapat penulis simpulkan:
a.Metodologi pendidikan secara umum dapat dikemukakan sebagai mediator pelaksanaan operasional pendidikan. Secara khusus biasanya metodologi pendidikan berhubungan dengan tujuan dan materi pendidikan dan juga dengan kurikulum. Metodologi pendidikan harus mempertimbangkan kebutuhan,ketertarikan, sifat dan kesungguhan para pesrta didik dan juga harus memberikan kesempatan untuk mengembangkan kekuatan intelektualannya.
b.Dalam al qur’an terdapat beberapa metode yang dapat digunakan dalam ruang lingkup pendidikan islam diantaranya : metode teladan, metode nasihat, metode pembiasaan, metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi.
c.Adapun metode pendidikan islam yang terdapan dalam al hadits diantaranya : Metode Keteladanan, Metode perumpamaan, Metode kiasan, Metode memberi kemudahan, Metode perbandingan, Metode tanya jawab, Metode Pengulangan, Metode pemecahan masalah, Metode pujian/memberi kegembiraan.
d.Dari metode-metode yang sudah ada tersebut di atas maka metode-metde tersebut bisa digunakan dalam teknik mengajar Al-Wur’an dan Hadist, sehingga guru tidak hanya monoton dengan satu metode saja.
3.2Saran-saran
Di antara saran-saran penulis diantaranya :
a.Bagi semua pendidik ingatlah dua pustaka yang diwariskan oleh nabi Muhammad saw yaitu al qur’an dan hadits karena dua hal ini lah yang dijanjikan oleh rosulullah “barang siapa yang berpegangan dengan keduanya niscaya dia akan selamat”
b.Dalam al qur’an dan al hadits terdapat banyak metode metode yang dapat ikut serta dalam mensukseskan proses belajar mengajar dalam dunia pendidikan islam oleh karena itu jagalah metode-metode tersebut dengan cara melestarikan metode yang terdapat dalam al qur’an dalam pendidikan islam
c.Mulailah untuk membina pendidikan islam secara bertahap dengan metode yang bervariasai agar peserta didika tidak jenuh di dalam mempelajari pendidikan islam.







Rabu, 12 Oktober 2016

Makalah hakikat kepribadian muslim PAI VD STAIN Bengkalis

MAKALAH

HAKIKAT KEPRIBADIAN MUSLIM


MAKALAH INI DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

DI SUSUN

OLEH KELOMPOK 06 :

MUHAMMAD FAIZAL
MUHAMMAD ROMSYAH
NUR HASANAH
VEBRI YANI UTAMI

DOSEN PENGAMPU :
WIRA SUGIARTO, M.Pd.i



JURUSAN TARBIYAH DAN KEGURUAN
PROGRAM STUDI  PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
( STAIN ) BENGKALIS
2016 M/ 1438 H


KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya kepada kita semua sehingga kami bisa menyelesaikan hasil makalah kami yang telah menjadi tanggung jawab kami di dalam Mata Kuliah ini.
Shalawat dan salam marilah kita hadiahkan buat junjungan alam yakni Nabi kita Muhammad SAW. Yang mana beliau telah berhasil membawa umatnya dari alam kegelapan menuju alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan sebagaimana yang kita rasakan pada saat sekarang ini.
Baiklah kami sebagai penulis makalah ini mohon maaf seandainya di dalam pembuatan makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Dan kami sebagai penulis mohon saran dan kritikannya kepada teman-teman atau Dosen Pengampu yang bersifat membangun, untuk perkembangan makalah kami di masa yang akan datang.

Bengkalis,   Oktober  2016

     Penulis


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Pengertian Kepribadian Muslim 3
B. Konsepsi Kepribadian Muslim 5
C. Usaha Pembentukan Kepribadian Muslim 6
BAB III PENUTUP 14
A. Kesimpulan 14
B. Saran 14
DAFTAR PUSTAKA



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Indonesia merupakan sebuah Negara yang ber-ideologikan pancasila di dalam melaksanakan tatanan kehidupan bernegara, dengan kondisi Indonesia hari ini yang memiliki berbagai macam keberagaman yang di sebabkan oleh luasnya wilayah, sehingga menurut penulis wajar-wajar saja ketika salah satu dari keberagaman tersebut tercantum dengan berbeda nya kepercayaan atau agama yang di anut oleh masing-masing umat di Indonesia ini. Dalam menjalankan kehidupan bernegara hendaklah masing-masing dari agama tersebut menunjukkan sebuah kepribadian yang baik, terutama umat Muslim sebagai  orang yang menganut agama Islam.
Kepribadian muslim diartikan sebagai identitas yang dimiliki oleh seseorang sebagai ciri khas dari keseluruhan tingkah laku sebagai muslim baik yang ditampilkan sebagai tingkah laku lahiriah maupun sikap batiniahnya. Kepribadian muslim merupakan tujuan akhir dari setiap usaha pendidikan islam. Kepribadian yang diharapkan islam adalah kepribadian yang sesuai dengan norma-norma islam. Kepribadian tidak terjadi dengan sekaligus, akan tetapi melalui proses kehidupan yang panjang. Maka dalam hal ini pendidikan mempunyai peran yang besar dalam pembentukan kepribadian muslim.
Menurut penulis apabila keperibadian dari masing-masing umat muslim sudah terbentuk dengan baik maka secara otamatis akan berdampak langsung dengan baiknya tatanan Negara Indonesia ini, apalagi islam boleh di katakan sebagai agama mayoritas di Indonesia ini.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut perlu kiranya merumuskan masalah sebagai pijakan untuk terfokusnya kajian makalah ini. Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut:
1. Apa pengertian kepribadian muslim?
2. Apa saja konsepsi kepribadian muslim?
3. Bagaimana usaha pembentukan kepribadian muslim?



BAB II
PEMBAHASAN


A. Pengertian Kepribadian Muslim
Berbicara tentang kepribadian biasanya menyangkut banyak aspek seperti, kepribadian, karakter, watak, ego, oknum, self, dan bahkan menyangkut identitas bangsa . 
Kepribadian adalah meliputi kualitas keseluruhan diri seseorang. Kualitas itu akan tampak dalam cara-caranya berbuat, cara-caranya berfikir, cara-caranya mengeluarkan pendapat, sikapnya, minatnya, filsafat hidupnya serta kepercayaannya.
Sedangkan kepribadian muslim adalah kepribadian yang seluruh aspek-aspeknya baik tingkah laku luarnya, kegiatan jiwanya maupun falsafah hidup dan kepercayaannya menunjukan pengabdian kepada tuhan dan penyerahan diri kepada-Nya.
Kepribadian muslim, menurut marimba adalah meliputi kualitas keseluruhan diri seseorang. Kualitas itu akan tampak dalam cara-caranya berbuat, cara-canya berfikir, mengeluarkan pendapat, sikapnya, minatnya, filsafat hidupnya serta kepercayaannya.
Menurut Anis ibrahim sebagaimana di kutip oleh Al- Rayhidin dalam bukunya falsafah  pendidikan islami, secara etimologi, kepribadian adalah shifatun tumayyizuu al-syakhsha min ghairih, yakni sifat atau karakter yang membedakan seseorang dengan lainnya.
Dari beberapa pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwasanya keperibadiaan muslim merupakan sifat secara keseluruhan yang di miliki oleh setiap individu muslim yang mencerminkan bagaimana ia berinteraksi dengan Allah dan menjalankan segala perintah Allah layaknya sebagai seorang muslim, sehingga akan tercermin pula bagaimana tingkah laku yang di tunjukkan oleh individu tersebut, yaitu sifat-sifat yang terpuji tentunya.
Istilah-istilah yang di kenal dalam kepribadian adalah: 
a. Individuality, yang menggambarkan kepribadian itu berdasarkan ciri-ciri khas seseorang,hingga dengan ciri khas itu ia dapat membedakan antara dirinya dengan orang lain.
b. Personality, yaitu penampilan keseluruhan sikap dan tingkah laku seseorang, baik lahiriah maupun batiniah.
c. Mentaliti, yaitu penampilan sikap dan tingkah laku khas seseorang (kaitannya dengan intelektual seseorang).
Dari ketiga istilah tersebut penulis meyakini bahwa istilah-istilah tersebut memang sudah memberikan gambaran kepada kita tentang bentuk dari kpribadian itu sendiri, terutama dalam keperibadian seseorang sebagai muslim. Hari ini banyak kita lihat orang-orang mengaku diri mereka sebagai seorang muslim, namun dalam kehidupan sehari-harinya tidak ada langsung yang mencerminkan bahwa dia adalah seorang muslim yang sejati, masih banyak penulis melihat kejadian-kejadian hari ini yang memperlihatkan bahwasanya masih banyak orang-orang muslim namun tidak memiliki keperibadian muslim yang seutuhnya, kita lihat sama-sama beberapa kasus yang terjadi bagaimana seorang ayah sanggup memperkosa dan membunuh anaknya, anak sanggup sanggup memperkosa dan membunuh ibu kandungnya sendiri, pelecehan seksual oleh guru terhadap muridnya, korupsi yang sangat kerap terjadi dari kalangan atas hingga kalangan bawah. Itulah beberapa contoh yang penulis coba tunjukkan kepada kita semua bahwasanya betapa bobroknya prilaku umat muslim yang mengakunya muslim namun tidak bisa berprikebadian sebagai seorang muslim yang kaffah/menyeluruh.
Selanjutnya dapat di simpulkan bahwa dalam pribadi seseorang terkumpul beberapa aspek yang terintegrasikan berupa :
1. Keyakinan hidup yang di miliki seseorang berupa filsafat, keyakinan, cita-cita, sikap dan cara hidupnya.
2. Keyakinan mengenai diri berupa perawakan jasmani, sifat psikis, intelegensi, emosi, kemauan, pandangan terhadap orang lain, kemampuan bergaul.
3. Keyakinan mengenai kemampuan diri yaitu status diri dalam keluarga dan masyarakat, status keturunan berdasarkan status dan historis.
Dari kesimpulan di atas sudah terlihat bagaimana tingkah laku yang akan di tunjukkan oleh seorang muslim, penulis yakin apabila seseorang memiliki keperibadian yang baik sebagai seorang muslim maka ia akan menunjukkan keyakinan-keyakinan pada dirinya sebagaimana yang sudah penulis paparkan dari tiga keyakinan di atas tersebut.

B. Konsepsi Kepribadian Muslim
Konsep islam tentang bagaimana wujud pribadi muslim, aspek-aspek yang harus dikembangkan adalah identik dengan aspek-aspek pribadi manusia seutuhnya. Ada tiga aspek pokok yang memberi corak khusus bagi seorang muslim menurut ajaran islam:
1. Adanya wahyu Allah yang memberi ketetapan kewajiban-kewajiban pokok yang harus dilaksanakan oleh seorang muslim yang mencakup seluruh lapangan hidupnya, baik yang menyangkut tugas-tugasnya terhadap tuhan, maupun terhadap masyarakat.
2. Praktek ibadah yang harus dilaksanakan dengan aturan-aturan yang pasti dan teliti. Hal ini akan mendorong tiap orang muslim untuk memperkuat rasa kelompok dengan sesamanya secara terorganisir.
3. Konsepsi Al-Quran tentang alam yang menggambarkan penciptaan manusia secara harmonis dan seimbang di bawah perlindungan Allah SWT. Ajaran ini juga akan mengukuhkan konstruksi kelompok. Dengan demikian, kepribadian manusia yang utuh dapat terwujud, sebagaimana yang dikehendaki dalam ajaran islam.

Pada garis besarnya aspek-aspek kepribadian itu dapat digolongkan dalam tiga hal:
• Aspek-aspek kejasmanian meliputi tingkah laku luar yang mudah nampak dan ketahuan dari luar, misalnya cara berbuat, berbicara dan sebagainya.
• Aspek-Aspek kejiwaan meliputi aspek-aspek yang tidak segera dapat dilihat dan ketahuan dari luar, misalnya: cara-caranya berfikir, sikap dan minat.
• Aspek-aspek kerohanian yang luhur, meliputi aspek kejiwaan yang lebih abstrak yaitu filasafat hidup dan kepercayaan. Ini meliputi sistem nilai yang telah meresap dalam kepribadian, yang telah menjadi bagian dan mendarah daging dalam kepribadin atau  dan memberi corak seluruh individu tersebut.

C. Usaha Pembentuan Kepribadian Muslim
Sebagaimana yang telah penulis terangkan di awal tadi bahwa ciri khas kepribadian muslim adalah terwujudnya prilaku mulia sesuai dengan tuntunan Allah SWT, yang dalam istilah lain di sebut akhlak yang mulia atau sikap yang terpuji. Ciri khas ini sekaligus menjadi sasaran pembentukan kepribadian.
Sabda Rasulullah SAW : 
“sesungguhnya aku di utus adalah untuk membentuk akhlak mulia”.
Dalam kaitan dengan hal itu dalam salah satu hadist beliau bernah bersabda :
“ orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya”.
Tampak jelas bagaimana eratnya hubungan antara ke imanan seseorag dengan ketinggian akhlaknya. Dalam memberikan analisanya tentang akhlak yang berhubungan dengan pembentukan kepribadian muslim  Dr. Mohd Abdullah Darraz mengemukakan bahwa ”pendidikan akhlak berfungsi sebagai pemberi nilai-nilai islam”. Dengan adanya nilai-nilai islam itu dalam diri seseorang akan terbentuk pulalah kepribadiannya sebagai kepribadian muslim. Muhammad Darraz menilai materi akhlak merupakan bagian dari nilai-nilai yang harus dipelajari dan dilaksanakan, hingga terbentuk kecendrungan sikap yang menjadi ciri kepribadian Muslim.  Pendapat Al-darraz tersebut memang benar adanya menurut penulis, kita pun bisa melihat bagaimana sebenarnya pendidikan akhlak sangat berpengaruh terhadap perilaku seseorang. Hari ini banyak hal yang sebenarnya sudah hilang dalam kehidupan kita, penulis sangat menyedihkan dengan prilaku-prilaku generasi hari ini yang sangat kontras menunjukkan bagaimana buruknya akhlak mereka, sudah dapat kita bayangkan bagaimana masa depan Negara kita jika hari ini saja anak-anak kecil sudah tidak lagi mau tunduk berjalan di depan guru, dan sudah berani berkata kasar kepada orang tua. Itu merupakan sekelumit contoh nyata yang terjadi. Jika sudah begitu tentu akan timbul pertanyaan dalam diri kita bagaimana nantinya Agama dan Negara kita?
Usaha yang dimaksud menurut Al-Darraz di atas dapat dilakukan melalui cara memberi materi pendidikan akhlak berupa :
- Pensucian jiwa
- Kejujuran dan benar
- Menguasai hawa nafsu
- Sifat lemah lembut dan rendah hati
- Berhati-hati dalam mengambil keputusan
- Menjauhi buruk sangka
- Mantap dan sabar
- Menjadi teladan yang baik
- Beramal saleh dan berlomba-lomba berbuat baik
- Menjaga diri (iffah)
- Ikhlas
- Hidup sederhana
- Pintar mendengar dan kemudian mengikutinya (yang baik).
Karena manusia memiliki dwi  dimensi yakni materi dan non materi, maka untuk mencetak generasi muslim yang baik maka kedua dimensi itu harus dibentuk dengan pendidikan yang Islami. Menurut al-Rasyidin dalam bukunya” Falsafah Pendidikan Islami”, bahwa proses yang pertama dilakukan untuk membentuk kepribadian muslim adalah dengan mentazkiyah  (menyucikan) ruh dan jasad, baru kemudian mengisi nafs, qalb, aql dan jasad dengan keimanan dan ilmu.
Pembentukan kepribadian seseorang sangat dipengaruh oleh dimensi ruh, yang merupakan anugerah dari Tuhan, bukan oleh dimensi jasadnya ( materi ) . Dalam perspektif ini jasad pada hakikatnya adalah wahana dimana berlakunya keinginan manusia.
Aplikasi proses pembentukan kepribadian muslim ini bisa kita lihat dari proses yang dilakukan oleh Rasulullah,  bahwa Rasulullah sebelum melakukan proses pembentukan itu ( berdakwah ) terlebih dahulu Rasulullah sebagai orang yang akan mengajak telah disucikan terlebih dahulu hatinya oleh malaikat Jibril.  Selanjutnya Rasulullah mengajak orang terdekat Beliau masuk Islam dan mendidik mereka. Adapun materi pendidikan yang disampaikan oleh Rasulullah adalah:
1. Tauhid
2. Iman kepada hari Kiamat
3. Pembersihan jiwa dengan menjauhi segala kemungkaran dan kekejian   yang menimbulkan akibat buruk dan melakukan hal-hal baik dan utama.
4. Penyerahan segala urusan kepada Allah Swt.
Sebaliknya dari aspek roh, ciri-ciri itu menyatu dalam kesatuan fitrah untuk mengabdi kepada penciptanya. Latar belakang penciptaan manusia menunjukkan bahwa secara fitrah manusia memiliki roh sebagai bahan baku yang sama. Menurut Hasan Langgulung, pernyataan tersebut mengandung makna antara lain, bahwa Tuhan memberikan manusia beberapa potensi yang sejalan dengan sifat-sifatnya. Kepibadian secara utuh hanya mungkin dibentuk melalui pengaruh lingkungan, khususnya pendidikan. Adapun sasaran yang dituju dalam pembentukan kepribadian ini adalah kepribadian yang dimiliki akhlak yang mulia. Tingkat kemuliaan akhlak erat kaitannya dengan tingkat keimanan. Sebab sesuai dengan dikatakan diatas bahwa Nabi mengemukakan “ Orang mukmin yang paling sempurna imannya, adalah orang mukmin yang paling baik akhlaknya”.
Disini terlihat ada dua sisi penting dalam pembentukan kepribadian muslim, yaitu iman dan akhlak. Bila iman dianggap sebagai konsep batin, maka batin adalah implikasi dari konsep itu yang tampilannya tercermin dalam sikap perilaku sehari-hari. Keimanan merupakan sisi abstrak dari kepatuhan kepada hukum-hukum Tuhan yang ditampilkan dalam lakon akhlak mulia.
Pembentukan kepribadian muslim pada dasarnya merupakan upaya untuk mengubah sikap kearah kecendrungan pada nilai-nilai keislaman. Perubahan sikap, tentunya tidak terjadi secara spontan. Semua berlajan dalam satu proses yang panjang dan berkesinambungan. Diantara proses tersebut digambarkan oleh adanya hubungan dengan obyek, wawasan, peristiwa atau ide (attitude have referent), dan perubahan sikap harus dipelajari (attitude are learned). menurut Al-Ashqar ada hubungan timbal balik antara individu dengan lingkungannya.
Dalam hal ini Islam juga mengajarkan bahwa faktor genetika (keturunan) ikut berfungsi dalam pembentukan kepribadian Muslim. Oleh karena itu, filsafat pendidikan Islam memberikan pedoman dalam pendidikan Prenatal (sebelum lahir), Pembuahan suami atau istri sebaiknya memperhatikan latar belakang keturunan masing-masing pilihan (tempat yang sesuai) karena keturunan akan membekas (akhlak bapak akan menurun pada anak). Jadi menurut penulis kita hendaknya jangan sebarang pilih saja, tentulah kita harus benar-benar selektif terhadap memilih pasangan untuk mendapatkan keturunan yang baik pula, sehingga penulis bisa mengungkapkan bahwa “ laki-laki jahat pun tetap ingin mencari wanita yang baik dan pintar, karna mereka pun ingin keturunannya jadi orang baik dan pintar pula”
Kemudian dalam proses berikutnya, secara bertahap sejalan dengan tahap perkembangan usianya, pedoman mengenai pendidikan anak juga telah digariskan oleh filsafat pendidikan Islam. Kalimat tauhid mulai diperdengarkan azan ketelingan anak yang baru lahir. Kenyataan menunjukkan dari hasil penelitian ilmu jiwa bahwa bayi sudah dapat menerima rangsangan bunyi semasa masih dalam kandungan. Atas dasar kepentingan itu, maka menggemakan azan ketelinga bayi, pada hakikatnya bertujuan memperdengarkan kalimat tauhid diawal kehidupannya didalam dunia.
Pada usia selanjutnya, yaitu usia tujuh tahun anak-anak dibiasakan mengerjakan shalat, dan perintah itu mulai diintensifkan menjelang usia sepuluh tahun. Pendidikan akhlak dalam pembentukan pembiasaan kepada hal-hal yang baik dan terpuji dimulai sejak dini. Pendidikan usia dini akan cepat tertanam pada diri anak. Tuntunan yang telah diberikan berdasarkan nilai-nilai keislaman ditujukkan untuk membina kepribadian akan menjadi muslim. Dengan adanya latihan dan pembiasaan sejak masa bayi, diharapkan agar anak dapat menyesuaikan sikap hidup dengan kondisi yang bakal mereka hadapi kelak. Kemampuan untuk menyesuikan diri dengan lingkungan tanpa harus mengorbankan diri yang memiliki ciri khas sebagai Muslim, setidaknya merupakan hal yang berat.
Dengan demikian pembentukan kepribadian muslim pada dasarnya merupakan suatu pembentukan kebiasaan yang baik dan serasi dengan nilai-nilai akhlak al-karimah. Untuk itu setiap Muslim diajurkan untuk belajar seumur hidup, sejak lahir (dibesarkan dengan yang baik) hingga diakhir hayat. Pembentukan kepribadian Muslim secara menyeluruh adalah pembentukan yang meliputi berbagai aspek, yaitu:
- Aspek idiil (dasar), dari landasan pemikiran yang bersumber dari ajaran wahyu.
- Aspek materil (bahan), berupa pedoman dan materi ajaran yang terangkum dalam materi bagi pembentukan akhlak al-karimah.
- Aspek sosial, menitik beratkan pada hubungan yang baik antara sesama makhluk, khususnya sesama manusia.
- Aspek teologi, pembentukan kepribadian muslim ditujukan pada pembentukan nilai-nilai tauhid sebagai upaya untuk menjadikan kemampuan diri sebagai pengabdi Allah yang setia.
- Aspek teologis (tujuan), pembentukan kepribadian Muslim mempunyai tujuan yang jelas.
- Aspek duratife (waktu), pembentukan kepribadian Muslim dilakukan sejak lahir hingga meninggal dunia.
- Aspek dimensional, pembentukan kepribadian Muslim yang didasarkan atas penghargaan terhadap faktor-faktor bawaan yang berbeda (perbedaan individu).
- Aspek fitrah manusia, yaitu pembentukan kepribadian Muslim meliputi bimbingan terhadap peningkatan dan pengembangan kemampuan jasmani, rohani dan ruh.
Pembentukan kepribadian muslim merupakan pembentukan kepribadian yang utuh, menyeluruh, terarah dan berimbang. Konsep ini cenderung dijadikan alasan untuk memberi peluang bagi tuduhan bahwa filsafat pendidikan Islam bersifat apologis (memihak dan membenarkan diri). Penyebabnya antara lain adalah ruang lingkupnya terlalu luas, tujuan yang akan dicapai terlampau jauh, hingga dinilai sulit untuk diterapakn dalam suatu sistem pendidikan.
Proses pembentukan kepribadian muslim secara perorangan dapat di lakukan melalui tiga macam pendidikan.
a. Pranatal education (tariyah qabl al-wiladah)
Proses pendidikan jenis ini di lakukan secara tidak langsung( in direct). Proses ini di mulai di saat pemilihan calon suami atau istri dari kalangan yang baik dan berakhlak, dan sudah di sinyalir oleh beberapa hadist, pilihlah tempat yang sesuai untuk benih(mani)mu karena keturunan dapat mengelirukan. Dan hati-hati lah dengan khudlara al-dimanp(yang di maksud ialah wanita yang cantik, tetapi menerima pendidikan yang buruk).
b. Education by another (tarbiyah ma’a ghairih)
Proses pendidikan jenis ini di lakukan secara langsung oleh orang lain(orang tua di rumah,guru di sekolah, dan pemimpin di masyarakat). Manusia sewaktu dilahirkan tidak mengetahui sesuatu tentang apa yang ada dalam dirinya dan diluar dirinya.
Firman Allah SWT :
Artinya : Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu tidaklah kamu mengetahui apapun dan menjadikan bagimu pendengaran, pengihatan dan hati. ( QS. 16.78 ).
Oleh karena itu diperlukan orang lain untuk mendidik manusia supaya dia mengetahui tentang dirinya dan lingkungannya. Dan sekaligus bantuan orang lain jyga diperlukan agaria dapat melakukan kegiatan belajar sendiri. Proses ini di mulai anak di lahirkan sampai anak mencapai kedewasaan baik jasmani dan rohani.
c. Self education (tarbiyah al-nafs)
Proses ini di laksanaan melalui kegiatan pribadi tanpa bantuan orang lain seperti membaca buku, majalah, koran dll.
Menurut muzayyin, self education timbul karena dorongan dan naluri kemanusiaan yang ingin mengetahui. Ia merupakan kecendrungan anugrah tuhan. Dalam ajaran islam yang menyebabkan adanya dorongan tersebut adalah hidayah allah.
Firman allah swt :
Artinya : “tuhan kamu ialah (tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap makhluk bentuk kejadianya kemudian memberinya petunjuk.(Q.S.20:50).
Proses pembentukan kepribadian muslim secara ummah dapat di lakukan dengan memantapkan kepribadian individu muslim ( karena individu bagian dari ummah ), juga dapat dilakukan dengan menyiapkan kondisi dan tradisi sehingga memungkinkan terbentuknya kepribadian (akhlak) ummah.
Menurut Jalaludin pembentukan kepribadian muslim sebagai individu, ummah pada hakikatnya berjalan seiring dan menuju ketujuan  yang sama. Tujuan utamanya adalah untuk merealisasikan diri ( individu ) dan ummah sebagai pengabdi Allah yang setia. Pada tingkat ini, agaknya falsafah pendidikan islam tampak bersifat mendasar, universal, dan terarah. Tujuan dan kebenaran yang akan dicapai adalah kebenaran yang telah ditetapan oleh Allah Swt. Sebagai pencipta manusia itu sendiri, dan bukan kebenaran yang muncul dari kemampuan nalar manusia sebagai makhluk.


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kepribadian muslim yaitu kepribadian yang seluruh aspek-aspeknya baik tingkah laku luarnya, kegiatan jiwanya maupun falsafah hidupnya dan menunjukkan pengabdian kepada tuhan dan penyerahan diri kepadanNya dengan disertai beberapa sifat yang mencerminkan ciri khas sebagai seorang muslim.
Kepribadian muslim merupakan suatu hasil dari proses sepanjang hidup. Kepribadian muslim tidak terjadi sekaligus, akan tetapi terbentuk melalui proses kehidupan yang panjang. Oleh sebab itu banyak factor yang membentuk kepribadian muslim tersebut.
B. Saran-saran
Dengan memahami konsep kepribadian muslim dalam perspektif filsafat pendidikan islam dapat diharapkan nantinya seorang pendidik dapat berfikir, berkata dan bertindak dengan bernafaskan islami. Karena dalam tujuan pendidikan islam itu sendiri menurut penulis diharapkan pendidik bisa menjadi figure atau contoh bagi masyarakat dan juga peserta didik, oleh karena itu segala tingkah laku pendidik harus sesuai dan sejalan dengan norma dan nilai ajaran agama yang berasal dari wahyu sehingga peserta didik akan mencontohnya.
Sedangkan bagi seorang peserta didik denan memahami konsep kepribadian muslim dalam perspektif filsafat pendidikan islam diharapkan peserta didik nantinya dapat berbudi pekerti (berkepribadian) yang baik sehingga dapat mudah menyerap ilmu yang diajarkan oleh pendidiknya serta nantinya diharapkan seorang peserta didik mendapatkan kebahagiaan didunia dan diakherat.



DAFTAR PUSTAKA

Khobir, Abdul. 2009. Filsafat Pendidikan Ialam. Pekalongan : Gama Media Offset.
Ramayulis. 2002. Ilmu Pendidikan Islam. Jakata : Kalam Mulia.
Muchlas, Imam. 2006. Al-Qur’an Berbicara Tentang Hukum Perkawinan. Malang : Universitas Muhammadiyah Malang.
Marimba, D Ahmad. 1962. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung : PT Alma’arif.
Al-Banjani, Ramadhana Rachmat. 2008. Membaca Kepribadian Muslim Seperti Membaca Al-Qur’an. Jogjakarta : Diva Press.
Zuhairini, dkk. 1995. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi Aksara.
Hamka. 1987. Tasawuf Modern. Jakarta : Panji Mas.













Jumat, 20 Mei 2016

Filsafat ilmu dan logika

ONTOLOGI LOGIKA DALAM FILSAFAT

Ontologi merupakan salah satu kajian filsafat pada masa lalu dan berasal dari Yunani. Kajian tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat nyata. Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis dikenal seperti Thales, Plato, dan Aristoteles. Pada masanya, kebanyakan orang belum membedakan antara penampakan dengan kenyataan. Thales terkenal sebagai filsuf yang pernah sampai pada kesimpulan bahwa air merupakan substansi terdalam yang merupakan asal mula segala sesuatu. Thalesberpikir bahwa segala sesuatu tidak berdiri dengan sendirinya melainkan adanya saling keterkaitan dan keetergantungan satu dengan lainnya .
Ontologi secara ringkas membahas realitas atau suatu entitas dengan apa adanya. Pembahasan mengenai ontologi berarti membahas kebenaran suatu fakta. Untuk mendapatkan kebenaran itu, ontologi memerlukan proses bagaimana realitas tersebut dapat diakui kebenarannya. Untuk itu proses tersebut memerlukan dasar pola berfikir, dan pola berfikir didasarkan pada bagaimana ilmu pengetahuan digunakan sebagai dasar pembahasan realita.Ringkasnya, pada tinjauan filsafat, ontologi adalah studi tentang sesuatu yang ada.
Logika adalah pola pikir logis yang digunakan sebagai alat untuk menarik kebenaran.
Pola pikir logis yang dimaksud ialah pola pikir ilmiah yaitu suatu proses berfikir yang berpedoman pada tatacara tertentu berdasarkan landasan teori, konsep atau fakta emperis dan dilakukan secara sistematis dan logis. Pola pikir ilmiah ini dikategorikan dalam pola berfikir modern dan digunakan sebagai pedoman dalam penelitian ilmiah, artinya langkah pokok dalam penelitian mengikuti pola pikir ilmiah ini.Ada 5 model logika, yang masing-masing model mempunyai cara yang berbeda dalam membuktikan kebenaran. Kelima model tersebut ialah:
1.Logika formilaristoteles, yang dikenal dengan nama “sylogisme”
2.Logika deduktif yaitu bertolak dari asumsi umum(teori) menuju kepembuktian secara khusus (fakta emperis).
3.Logika induktif yaitu berdasarkan fenomena khusus(fakta emperis), menuju kekesimpulan secara umum (teori yang berlaku umum)
4.Logika probabilistik yaitu pola pikir yang menghasilkan proposisi-proposisi dalam pernyataan- pernyataan kebenaran relatif, artinya dalam pernyataan tersebut memberi peluang atas kemungkinan benar dan kemungkinan salah.
5.Logika reflektif yaitu kombinasi logika deduktif dan induktif dengan jalan mondar-mandir dari kutup deduksi kekutup induksi sampai memperoleh kesimpulan yang memuaskan.

Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa Ontologi logika adalah studi studi yang membahas sesuatu yang sungguh-sungguh ada dengan berpikir logis (menggunakan logika) untuk menarika suatu kebenaran.
Penulis : Muhammad Faizal IIID PAI STAIN Bengkalis